Wabah yang sedang melanda dunia kurang lebih ada 180 negara yang berdampak virus, metaorganisme yang berukuran milimikron ini secara nyata telah mengacak-ngacak stabilitas kesehatan dunia dan mengguncang psikis setiap orang yang berdampak secara langsung. Tak jarang beberapa negara mengalami kerugian akibat wabah pandemi.
Berbicara tentang obat atau vaksin Covid-19 atau virus Corona semua masih tanda tanya, hanya simulasi terhadap variabel yang labil dan tidak pasti. Hanya pendapat yang masih bisa dilakukan para ahli untuk menenangkan situasi. Sosialis distancing dan phsical distancing jika benar bisa dilakukan maka kita akan bisa memprediksi untuk mengendalikan wabah covid-19.
Puluhan juta rakyat dengan puluhan juta pemikiran dan kepentingan yang ada sangat kecil kemungkinan bisa diarahkan dengan aktivitas yang monoton setiap hari. Seperti stay-at-home PSBB, pembatasan sosial dan kegiatan di rumah, belum lagi banyaknya orang yang memenangkan keimanan yang sempit daripada logika keimanan yang besar.
Kalau pemerintah, menteri, bupati, Walikota ataupun pejabat pemerintah lainnya tidak menaati terhadap aturan yang telah ditetapkannya sendiri, bagaimana mungkin rakyat jelata yang mencari nafkah hari ini untuk hari ini atau untuk besok bisa diharapkan untuk ikut andil melakukan kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah.
Bagaimana mereka bisa mencari makan ketika hari ini tidak kerja dan tidak mendapatkan penghasilan, mereka lebih memilih kegiatan yang sekiranya bisa menghasilkan kebutuhannya. Masyarakat lebih memilih bergerak di ranah kepastian daripada ketidakpastian.
Mereka lebih memilih risiko daripada mereka mengikuti himbauan ataupun peraturan pemerintah, yang mana peraturan tersebut merugikan setiap rakyat yang tidak mampu secara finansial.Â
Bisa disimpulkan bahwa masih banyak rakyat Indonesia ketika hari ini tidak bekerja, hari ini dan hari esok dan hari selanjutnya mereka tidak akan bisa makan.
Mereka lebih memilih risiko kematian dalam perjuangan mencari nafkah di tengah bahaya yang sedang mengintainya. Saya kira pemerintah harus lebih aktif untuk selalu memberi dukungan kepada rakyatnya berupa bantuan secara produktif bukan secara konsumtif.
Tugas-tugas inilah yang seharusnya diberikan kepada setiap orang agar mereka bisa mendapatkan kebutuhan yang diinginkannya tanpa mereka harus melakukan kontak sosial ataupun melakukan kegiatan dalam keramaian.
Ilmu matematika yang terkenal sebagai ilmu pasti berubah menjadi tidak pasti karena gambaran tentang grafik sebaran covid-19 atau virus Corona.Â
Sekalipun mengikuti kajian metodologi tidak atau belum bisa berada pada tahap kesimpulan. Baru bisa pada tahap hipotesa hal yang mencangkup sebaran covid-19 atau virus Corona.
Sebenarnya dikaji secara eksponensial, mengimbas pada munculnya pertumbuhan populasi ketidakpastian masyarakat terhadap pemerintah yang dalam hal ini sebagai bagian informasi penanganan covid-19.Â
Masyarakat menginginkan kepastian pemerintah dalam memberikan solusi permasalahan sosial, ekonomi, kesehatan dan sebagainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H