Keterangan Gambar : Foto tersebut adalah pose gabungan Pengurus Daerah Padang Panjang dan Pengurus Daerah Pelajar Islam Bukittinggi, Simbol Tangan membentuk Huruf "L" berarti simbol Salam Literasi
"PII... !!!"
"Ini benar PII?" tanya seorang yang datang menghampiri kami yang sedang memasang bendera PII di depan Istana Bung Hatta untuk memperingati Hari Bangkit Pelajar Islam Indonesia (PII) ke 70 waktu itu. Malam 11.30 Wib, tanggal 5 Mei 2017.
Hujan gerimis dan gelap malam tidak menghalangi mata orang yang datang ini untuk meneliti lebih seksama Bendera yang kami Pasang.
"Ini PII bukan???" Tanya orang itu pada kami untuk meminta kepastian.
"Ya.. ini PII, Pelajar Islam Indonesia!!!" Kami sedikit menegaskan.
Orang yang menghampiri kami itu seperti mendapatkan sesuatu hingga membuat dia kegirangan dalam semangatnya, lalu dia bertakbir "Allahu Akbar...!!!"
Kami termagu, bingung dan sedikit rasa haru menyelusup di dada ini.
Seorang teman kemudian bertanya, "emang Apak (Bapak) tau PII?"
Tanya kami langsung dijawab lugas dan tegas, "Aden (saya) PII mah!!!".
Kami langsung mengucap istighfar dan bertasbiah mendengar pernyataan "Aden PII mah!!!" Kemudian orang itu bercerita tentang bagaimana dia dulu di PII sambil menyebutkan beberapa "kanti-kantinya"/teman-temannya di PII dulu. Dia seperti larut dalam memori masa lalu yang menggambarkan kegairahan dan militansi.
Orang itu bercerita, gara-gara sempat di PII dulu, dia bisa memberdayakan pedagang-pedagang di Tanah Abang. Api gairah perjuangan sepertinya kembali menyala-nyala dalam dada si Bapak yang kemudian kami panggil "abang".
####
Penggalan cerita tersebut bukanlah fiktif, tapi memang kenyataan yang benar-benar terjadi. Sebagai bahan refleksi untuk memperingati Harba PII ke 72, maka kisah tersebut secara sederhana memiliki makna.
- Militansi, PII merupakan sebuah organisasi militan berarti melahirkan kader militan yang telah menanam, memupuk dan menumbuhkan kader-kader yang tidak takut akan persoalan. Masalah merupakan mainan kader PII. Balutan idealisme hasil didikan Andragogi, sangat sulit dinego. Hingga tidak jarang kader PII tersisih sendiri di tengah arus menentang dengan tegap berdiri siap. "Tandang ke gelanggang walau seorang!!!" Padahal dia tahu ada beruang atau singa yang akan mengoyaknya jika tidak menghindar. Kadang beruang dan singa malah yang jadi takut walaupun lebih sering beruang dan singa yang akhirny menyerang dan mengalahkan si kader.
- Identitas, Identitas seorang kader PII tidak bakalan luntur sepenuhnya. Mempercayakan sebuah Idealisme sangat tepat kepada seorang kader PII, karena lebih minim resikonya. Bai'ah seorang kader akan selalu menuntun kader ke arah ideal yaitu Kepentingan Ummat. PII anak ummat. Natsir telah membentuk identitas kader PII, "YANG HARUS HIDUP ITU ADALAH KEPENTINGAN UMMAT". Kepentingan Ummat adalah teladan Nabi Muhammad SAW. Saat akan wafatpun yang di ingat nabi adalah ummatnya. Identitas seorang kader PII itu berorientasi kepada keumattan sebagai pengejewantahan terhadap konsep Rahmatan lil 'alamin.
Kombinasi antara Militansi dan Identitas tersebut seharusnya melahirkan kader PII yang militant demi kepentingan ummat. Militan merupakan mikro kosmosnya seorang kader PII, sedangkan ummat merupakan makro kosmosnya seorang kader PII. Militansi dan Identitas keummatan tersebut perlu dikoordinasi dan diarahkan agar benar-benar memberikan manfaat yang besar kepada ummat.
Catatan ini adalah catatan kecil ditengah beragam makna tentang Hari Bangkit PII. Ini sebuah catatan yang sebenarnya menjadi karakter "Kader PII", jadi ini tulisan hanya sekedar menggambarkan bukan mengajari.
Selamat Harba PII ke-72
3 Mei 2019, 21.10 Wib, Surau PII Bukittinggi
Catatan :
- Penulis adalah anggota Pengurus Wilayah Perhimpunan KB PII Sumatera Barat Bidang Advokasi Pelajar, Ketua II Pengurus Cabang Perhimpunan KB PII Bukittinggi-Agam.
- Surau PII Bukittinggi beralamat di Jalan Veteran Jirek Bukittinggi, Nomor 78 B, Kelurahan tembok Puhun, Kecamatan Madiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi. Surau Berfungsi sebagai titik himpun dan titik simpul terhadap kader PII dan KB PII. Surau tidak berarti sebagai tempat shalat dan mengaji semata, tetapi difungsikan untuk kegiatan-kegiatan lainnya seperti kegiatan belajar mengajar informal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H