“Kawan-kawan, kita sudah menyadai bagaimana kondisi kitas sekarang, sejak tadi kita berjalan, kita melewati jalan yang sama, kita tersesat. Mungkin barangkali penghuni rimba ini marah pada kita. Bisa jadi ada perbuatan tercela yang kita lakukan hingga mereka marah dan mempermainkan kita”, ucapku lantang.
“ada yang merasa berbuat salah tadi?” tanyaku kepada seluruh anggota tim.
Masing-masing mereka kemudian menyebutkan dan mengakui beberapa kesalahan mereka.
Setelah selesai pengakuan mereka masing-masing, aku mendesak mereka “Silahkan minta maaf kepada penghuni rimba ini, kita memang ada dilingkungan mereka, jadi kita tamu disini dan memperhatiakn etika dan sopan santun bertamu!” seruku.
Maka masing-masing mereka kemudian meminta maaf dengan berteriak dan memohon untuk tidak mengganggu kami lagi. Emosional memang ketika beberapa diantara kami berucap.
“perhatian semuanya, sekarang silahkan untuk membaca surat Al-Fatihah, Surat An-Nas, Surat Al-falaq dan Surat Al-Ikhlas secara bersama”, maka kami melantunkan ayat tersebut secara bersama-sama ditengah hutan itu.
“baca juga ayat kursi” perintahku. Anggota tim mengikuti perintahku.
“oke, sekarang ayo kita jalan, mudah-mudahan kita cepat sampai dibawah”, kataku kepada seluruh anggota tim.
Aku meminta kepada seluruh anggota tim untuk saling berpegangan tangan sambil mengucapkan “La ilaha illallah”. Aku kembali memimpin rombongan ini didepan.
Setelah lima menit berjalan dengan mengucapkan “La ilaha illallah”, keajaiban terjadi, hutan yang semula gelap ditutupi kabut menjadi terang ditambah diterangi caha bulan dan bintang diatas sana. Hati ini bahagia ketika melihat bintang-bintang dan bulan bersinar. Gunung Merapi yang berdampingan dengan gunung singgalang disana juga terlihat bersih. Tiang listrik yang menjadi acuan bagi pendaki di singgalang ini juga mulai terlihat hingga akan memudahkan jalan kami. Aku merasakan ada yang lepas dari mataku, rasanya sebelum ini ada yang menjajah mataku hingga tidak melihat hal-hal yang nyata.
Tidak sampai 10 menit kami berjalan dengan mengucapkan “La ilaha illallah”, kami sudah melihat pos pendakian dari kejauhan, beberapa anggota tim berteriak kegirangan, “tetap tenang, terus mengucapkan “La ilaha illallah”, perintahku, aku takut jika pos itu lagi-lagi tipuan mataku.