Diam, diam, diam dan hanya diam. Taman Jam Gadang bak ruang hampa. Tak ada orang-orang yang ramai tadi, tak ada suara dan bising, tak ada perwujudan apa-apa yang terlihat dimataku bahkan wujud wanita tadi juga menghilang. Tak ada terang yang ada hanya gelap. Aku hanya sendiri berdiri sunyi hanya ditemani Jam Gadang yang setia tak lari kemana. Aku terpekur dengan sahabatku, Jam Gadang.
Sejenak….., Tiga tahun yang lalu, mungkin aku mempermainkan hatinya. Tapi sekarang ceritanya berbeda, mengapa hatiku yang justru kini dipermainkan? Ah mengapa aku menjadi sipesimistik dengan menyebutkan semuanya adalah takdir.
Aku harus menentang takdir dengan memenangkan peperangan dalam takdir dengan menaklukkan kembali wanita ini dan mengembalikan sepenuhnya pada pangkuanku dan kala itu aku akan menghancurkan perempuan ini hingga dia tidak akan bisa menangis sekalipun berharap kasih.
Kala ambisi menentang takdir itu, aku disusupi raja iblis yang membawa nafsu dan dendam. Maka sekarang aku sedang belajar dengan raja iblis yang berwajah hitam dengan nafasnya berbau sisa-sisa panggang neraka jahanam. Semua strategi dan taktik telah dipersiapkan oleh si iblis dalam sebuah proposal rencana strategi dan taktik yang langsung disetujui oleh sisi gelap dalam diri.
Satu tahap demi tahap sesuai rekomendasi raja iblis, aku jalani dengan hati-hati dan teliti. Tak perlu menunggu waktu berbulan, rencana berhasil dengan sukses hanya dalam beberapa hari. Semua target dan sasaran dapat dicapai dengan hasil sangat memuaskan hanya satu lagi rencana busuk yang belum dijalankan karena butuh beberapa hari lagi untuk menjalankannya yakni rencana untuk menghancurkan siperempuan. Aku dipaksa bersabar dibawah bimbingan sang raja iblis. Namun untuk kemenangan pertama aku telah berpesta pora dengan raja iblis selama satu malam, sangat meriah!
Detik berlalu detik berganti menit kemudian berganti jam dan ditutup satu hati. Dalam waktu itu, beribu umpan telah ku lempar ke dalam hatinya dengan kail bernama cinta semu, berharap ikan buruan ini menyambar umpan. Sejumlah jala perangkap telah ku kembang ditempat yang menurutku akan menemukan hasil memuaskan, berharap ikan sudi menghampiri jala tanpa sadar telah terperangkap.
Tapi… aku dikalahkan takdir, bukan karena rencana busukku bersama raja iblis ketauan. Tapi arah jalan takdir berputar dengan menutupkan pintu hati si wanita itu padaku sepenuhnya, tanpa alasan yang jelas, tanpa sebab yang jelas. Maka aku dan raja iblis pusing seribu kali pusing memikirkan sebab tanpa menemukan jawaban pasti, hingga jika aku dan raja iblis mati pada hati itu, maka kami akan mati dalam penasaran hingga akan menjadi hantu penasaran yang selalu bertanya pada manusia yang masih hidup mengapa begini? Dan mengapa begitu? Dengan cucuran air mata.
Hari ini….., dengan seorang wanita mungil yang berada disisiku, aku tak akan melupakan setiap jejak kegagalan rencanaku dengan raja iblis untuk menjatuhkan dan menghancurkan wanita terdahulu. Bukan bermaksud untuk menyusun rencana baru dan meneruskan nafsu dan dendam, akan tetapi akan menjadi kenangan yang indah walaupun pahit dan harus diterima serta disimpan dalam laci memori jiwa. Itu akan menjadi cerita yang menarik dikemudian hari kelak, aku percaya itu…..
Maka Jam Gadang yang jauh disana, tolong ingatkan aku akan kisah ini jika suatu waktu aku melupakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H