Mohon tunggu...
M MulyaZamzam
M MulyaZamzam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa IAIN Jember

Mahasiswa IAIN Jember

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ruh Itu Bukan Makhluk

19 Desember 2020   21:19 Diperbarui: 29 April 2021   09:33 2661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruh dalam pandangan Islam. | freepik

Tidak ada aliran (ulama) manapun di Islam ini yang memungkiri kalau doa itu sampai mayit meskipun ada yang mengkritik tahlil, mengkritik 7 harian mayit.

Ok. Enggak apa-apa ada yang mengkritik tapi kalau sampai meyakini doa tidak sampai pada mayit itu enggak ada dalam firqoh ulama manapun.

Karena doa itu diajarkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad Saw.

dan

Ketika orang sudah mati ada doa

Karena tadi, logikanya gampang, yang mati itu jasad, ruh itu tidak pernah mati. 

Karena ruh tidak pernah mati, ruh ini ada masalah besar yaitu menghadapi Munkar dan Nakir. Makanya ruh itu tidak pernah selesai didiskusikan ulama. Ada yang mengatakan ruh itu apa dan ada apa gitu. Tapi apapun itu, istilah Qur'an memang ruh itu bukan makhluk, disebut:

"dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: 'Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit'." (Q.S. al-Isra': 85).

Makanya jlimet.

Allah itu punya dua istilah terkait hal ini

Ada kholqu seperti langit, bumi dan ain-lain yang fisik. Ada amr seperti ruh, buktinya ada di surah al-Isra' ayat 85 tadi.

Amr itu susah difahami karena fisik kita tidak cukup untuk memahami amr. 

Lha caranya memahami itu bagaimana? kalau sudah waktunya pasti ya paham, kalau belum waktunya paham jangan dipaksa (gitu aja kok repot. . hehe). Gimana maksutnya? Ya mati.

Contoh yang gampang misalkan ada orang tua menganggap uang itu penting karena untuk membayar sekolah anak-anak mereka dan jika tidak bayar maka anak mereka akan dikeluarkan dari sekolah, itu kan masalah.

Terus di Lauhul Mahfudz, si orang tua tersebut ditakdirkan mati. 

Dia tahu bahwa kalau Allah menganggap sholih/sholihah bukan dari sekolah tapi Allah melihat itu dari sholatnya.

Udah orang tua tersebut mati beneran, tahu bahwa anak-anaknya ditulis menjadi ahli surga gara-gara sholat lima waktu, tidak ada syarat sekolah atau enggak.

Terus orang tua tersebut menyimpulkan 'ternyata sekolah itu tidak penting' 

Tapi jangan diyakini, itu sekedar cerita buat mencontohkan tadi.

Nah dalam konteks ini manusia sekarang bodoh, pintarnya kelak (setelah mati di dunia).

Itu ketentuan Tuhan:

"Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini. Maka kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam" (Q.S. Qaaf: 22).

Kasarnya. . kita sekarang lalai tidak begitu tahu ilmu tapi kelak kalau sudah mati, tutup bodohnya dihilangkan sama Allah, kita kelak pintar.

Masyhur dawuhnya Abu Qosim al-Junaidi. Beliau muridnya ribuan. Ketika beliau meninggal, ada murid yang mimpi.

Murid itu bertanya: "Apa yang manfaati bagi engkau Ya Abal Qosim?"

Abu al-Qosim menjawab: "Murid saya semua ndak ada gunanya, yang ada gunanya ialah rokaat-rokaat kecil saya pada waktu sahur."

Apalagi di zaman akhir. . Banyak orang yang menganggap dirinya benar 100% dan mengatakan lainya salah. Menggaungkan jihad kesana kemari. Anehnya mereka itu tidak pernah berpikir kalau yang mereka anggap salah itu juga Islam.

Yang jihad takbir. Yang dianggap salah juga takbir. Bener-bener kehidupan (dunia) ini kebodohan.

Begitupun orang kafir kelak juga pintar dan mereka akan menjawab ketika ditanya kenapa kamu masuk neraka:

"dan mereka berkata: 'Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala'." (Q.S. al-Mulk: 10)

#Damailah-Negeriku-Tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun