Misal ketika kamu ngarang buku puasa. Kapan kita berbuka puasa? Yaitu ketika matahari terbenam. Terbenam dimana? Di bumi (barat).
Apakah mungkin secara ilmu falak (astronomi), matahari terbenam di bumi? Tidak mungkin lah, karena matahari secara fisik lebih besar dari bumi.
Bagaimana mungkin perkara yang besar bisa terbenam oleh perkara yang lebih kecil?
Tapi secara lahiriyah, matahari nampak tenggelam.
Berarti kita mengatakan terbenam itu sesuai pandangan mata atau sesuai yang kita ketahui bukan sesuai hakikatnya.
Makanya kalau ilmu falak itu menyebut bumi itu bulat seperti bola.Â
Terus ada yang ngaku pakar ilmu, namun tidak pernah ngaji ilmu bahasa bilang: "Bohong! Bumi itu lempeng dan datar berdasar surah al-Buruj ayat 20".
"20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?"
Dihamparkan berarti seperti karpet. Kalau seperti karpet berarti tidak bulat seperti bola.
Dia berarti tidak pernah belajar ilmu bahasa.
'Dihamparkan' itu sesuai pandangan mata. Tapi apakah hakikatnya seperti karpet? Apa kamu tahu?