Rebutan menjadi penendang penalti antara rekan setim bukan sekali ini saja terjadi, teranyar, ketika Paul Pogba dan Marcus Rashford berupaya untuk menjadi eksekutor penalti ketika Manchester United bertanding melawan Wolverhampton Wanderers pada lanjutan Liga Premier pekan kedua. Pertandingan yang pada akhirnya harus berakhir imbang 1-1 tatkala Pogba yang akhirnya menjadi penendang penalti gagal menjalankan tugasnya.
Kegagalan Pogba ini, selain membuat United kehilangan dua poin, juga membuatnya mendapatkan serangan verbal berupa kata-kata rasisme di media sosial. Hal sama yang terjadi pada pemain Chelsea, Tammy Abraham, yang gagal mengeksekusi penalti pada laga perebutan gelar UEFA Super Cup melawan Liverpool yang mengakibatkan Chelsea kalah.
Bagi penikmat bola lainnya, ucapan bernada rasial ini tentu tidak dibenarkan, namun bagi fans garis keras terhadap klub yang dibela, kegagalan mengeksekusi penalti yang berujung pada kehilangan gelar maupun gagal menang tentu sangat menyakitkan. Akibatnya, sumpah serapah sudah pasti tidak terelakkan akan diucapkan, baik secara verbal maupun berupa tulisan di media sosial.
Balik ke Pogba. Kegagalan mengeksekusi penalti ini bukan yang pertama kali dilakukannya bersama United. Dari total sembilan kesempatan penalti bersama MU, Pogba hanya mampu mengkonversi lima gol dengan empat lainnya berujung kegagalan.
Gaya penalti Pogba sendiri sudah sering mendapatkan kritikan baik dari pelatihnya maupun para komentator-komentator, terhitung Pogba mengambil 26 langkah untuk menendang bola. Gary Neville bahkan sempat berkomentar seperti dikutip pada express, ''Itu tidak terasa benar, anda tak akan menendang bola dengan cara seperti itu dalam permainan normal, itu berlawanan dengan segala hal yang dipelajari,''
Pelatih Setan Merah, Solksjaer, akhirnya memutuskan memberikan kesempatan pertama eksekutor penalti kepada Rashford. Keputusan Solksjaer ini disebut-sebut untuk memperkecil resiko kegagalan saat penalti sekaligus juga untuk menyelamatkan Pogba dari bulan-bulanan netizen akibat kegagalannya sebelumnya.
Namun akankah keputusan ini benar-benar menyelamatkan Pogba?
Keputusan yang diambil Solksjaer ini tentu sangat beresiko, terutama dengan keinginan untuk membuat sang pemain untuk bertahan semakin terancam.
Pogba sendiri sudah semenjak akhir musim lalu mengutarakan keinginannya untuk hengkang dari MU. Namun keinginan itu ditentang oleh Solksjaer karena Pogba akan dimaksimalkan sebagai otak permainan Setan Merah.
Dengan keputusan ini jelas akan membuat keinginan Pogba untuk bertahan akan semakin mengecil. Bursa transfer pemain di Inggris memang sudah ditutup, namun di liga negara lain proses transfer pemain masih akan berlangsung hingga 2 September mendatang. Apalagi Pogba menjadi buruan utama Real Madrid musim ini sesuai permintaan Zidane.
Romelu Lukaku, mantan pemain MU yang hengkang pada musim panas ini ke Inter Milan bahkan pernah berujar pada Goal bahwa "klub selalu menaruh kesalahan pada para pemainnya ketika terpuruk, entah dirinya, Paul Pogba ataupun Alexis Sanchez. Mereka harus mencari seseorang untuk disalahkan. Kami bertiga selalu diincar sepanjang waktu ketika kami kalah".
Dengan keputusan ini, bukan tidak mungkin Pogba akan memaksakan keinginannya untuk hengkang sesegera mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H