Sepatu Emas Eropa musim ini resmi menjadi milik Lionel Messi, seperti artikel yang saya buat tiga minggu yang lalu bahwa tidak ada yang bisa menghalangi Messi merebutnya, ini artinya sudah sebelas musim berturut-turut pemenang Sepatu Emas Eropa berasal dari La Liga Spanyol, kecuali pada tahun 2014 dimana Luis Suarez yang saat itu masih memperkuat Liverpool dinobatkan menjadi yang terbaik bersama dengan Cristiano Ronaldo yang sudah bermain bagi Madrid dengan mencetak 31 gol bagi klubnya di liga domestik.
Bagi Messi sendiri, gelar Sepatu Emas Eropa musim ini menjadikan dirinya pemain pertama yang mampu meraih gelar tersebut tiga tahun berturut-turut, dengan total enam gelar, menggungguli rivalnya Ronaldo dengan jumlah empat gelar.
Dominasi penyerang-penyerang La Liga pada perebutan Sepatu Emas Eropa ini dimulai pada musim 2008/09 dimana Diego Forlan yang saat itu memperkuat Atletico Madrid mencetak 32 gol di liga dalam semusim. Dominasi La Liga tersebut diteruskan hingga musim ini oleh Luis Suarez, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.
Jika ditarik lebih lama, sejak 23 tahun yang lalu atau tepatnya musim 1996/97 saat penghargaan ini diberikan oleh European Sports Media. La Liga mendominasi dengan 14 gelar, Liga Premier Inggris 5 gelar (termasuk 2 gelar musim 2004/05 dan 2013/14 yang direbut bersama wakil La Liga dan Liga Premier Inggris), Serie A Italia 2 gelar, Liga Primeira Portugal 2 gelar, Eredivisie 1 gelar dan Liga Premier Skotlandia 1 gelar.
Lalu mengapa La Liga bisa mendominasi?
Dominasi penyerang-penyerang La Liga sendiri lebih banyak dikuasai Messi dan Ronaldo dengan total 9 dari 14 gelar.
Memang ketajaman Messi dan Ronaldo sudah sangat diakui, tapi apakah hanya faktor individu saja yang berpengaruh? Sedangkan di kompetisi domestik yang lain juga memiliki penyerang-penyerang yang mumpuni yang secara skill juga tidak kalah bagusnya.
Dominasi La Liga ini dimungkinkan dengan cara bermain klub-klubnya yang mengacu pada permainan indah khas latin yang lebih terbuka. Memberikan keleluasaan kepada para penyerang sehingga mudah untuk mencetak gol.
Di Liga Premier Inggris, awalnya mengedepankan permainan terbuka dan aktraktif, namun sejak kedatangan Mourinho disusul beberapa pelatih asal Italia yang lebih mengedepankan sisi pertahanan, membuat permainan di Liga Premier Inggris menjadi lebih bervariasi dalam hal taktik yang mengakibatkan para penyerang kesulitan jika berhadapan dengan klub-klub yang jauh lebih kecil karena akan memilih bermain bertahan dengan menempatkan banyak pemain di lini pertahanan.
Dengar saja banyak keluhan para pelatih di Liga Premier jika harus berhadapan dengan tim-tim yang memilih taktik "parkir bus".