Tiga puluh tahun sudah Indonesia merasakan puasa gelar Piala Sudirman. Tepatnya pada tahun 1989, Indonesia merebut gelar Piala Sudirman yang pertama dan satu-satunya hingga saat ini.
Sempat tertinggal 0-2 pada dua pertandingan awal, Indonesia bangkit di tiga pertandingan berikutnya dengan Susi Susanti menginspirasi kembalinya tim yang mengesankan di final.
Piala Sudirman diambil dari nama Dick Sudirman, Presiden PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia), yang memainkan peran penting dalam menyatukan Federasi Badminton Dunia dengan Federasi Badminton Internasional.
Piala ini terbuat dari perak berlapis emas dan tinggi 80 cm, berbentuk seperti kok sedangkan tutupnya dirancang sesuai dengan bentuk candi Borobudur.
Pada perhelatan perdana Piala Sudirman tahun 1989 Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah dengan Jakarta sebagai kotanya penyelenggaranya.
Enam tim dengan peringkat tertinggi yang bersaing untuk merebut gelar tersebut yaitu Indonesia, Korea Selatan, Cina, Denmark, Swedia dan Inggris, yang dibagi menjadi 2 tim yaitu tim A (Indonesia, Korea, Inggris) dan tim B (Cina, Denmark, Swedia).
Salah satu hasil yang mengejutkan di babak penyisihan grup adalah kemenangan 5-0 Swedia atas Inggris dalam pertandingan antara tim-tim terbawah dari grup 1A dan 1B (babak degradasi) - yang berarti Inggris berada di posisi terbawah dan terdegradasi dari Piala Sudirman berikutnya dengan Jepang sebagai pengganti.
Indonesia dan Cina adalah tim yang paling mengesankan di babak penyisihan grup. Indonesia membantai Denmark 5-0, sementara Cina secara mengejutkan digalahkan Korea Selatan 2-3. China unggul 2-0 berkat kemenangan di sektor tunggal putra dan putri, namun Korea Selatan menyabu bersih kemenangan di sektor ganda dan melaju ke final.
Pada penyisihan grup, Indonesia berhasil mengalahkan Korea Selatan 4-1 di babak penyisihan grup. Tetapi ini final, jauh lebih sulit dari yang diprediksi.
Pada partai pertama ganda putra, pasangan Indonesia Eddy Hartono / Rudy Gunawan dikalahkan pasangan Korea Selatan Park Joo Bong / Kim Moon-soo dalam tiga set, 15-9 8-15 15-13.
Sedangkan pada partai kedua, ganda putri Korea Selatan Hwang Hye Young / Chung So Young mengalahkan ganda putri Indonesia Verawaty Fajirin / Yanti Kusmiati dua set langsung 15-12 15-6.
Tertinggal 0-2 di dua game awal, Indonesia menaruh harapan besar pada nomor tunggal putri, dimana Susi Susanti akan berhadapan dengan Lee Young Suk. Pada set pertama Susi Susanti kalah 10-12, namun berhasil berbalik unggul pada set kedua dengan skor 12-10 setelah sempat tertinggal 7-10 dan harus dilanjutkan pada set ketiga.
Pertandingan yang berlangsung rubber set tersebut diwarnai tangisan pemain Korea Selatan sesaat setelah keluar dari ruang ganti untuk melanjutkan set ketiga. Dengan mental lawan yang sudah runtuh, Susi Susanti mengakhiri pertandingan tersebut dengan skor 11-0.
Eddy Kurniawan kemudian membantu Indonesia menyamakan skor saat ia menghancurkan tantangan Sung Han Kook 15-4 15-3 di tunggal putra.
Pada pertandingan kelima, Eddy Hartono dan Verawaty Fajirin berhasil membayar kekalahannya pada pertadingan pertama untuk mengalahkan pasanganKorea Selatan, Park Joo Bong dan Chung Myung Hee 18-13 dan 15-3 dan mengantarkan Indonesia Indonesia mencetak sejarah sebagai juara Piala Sudirman yang pertama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H