Mungkin sudah di tilpon ayah sebelumnya, ketika toko buka aku langsung di persilahkan masuk. Ku sodorkan barang dagangan agar dipilih. Ternyata benar kata ayah. Proses memilih barang yang dilakukan toko itu berlangsung lama. Sampai pukul 11 siang belum ada tanda2 akan kelar. Bosan rasanya harus menunggu. Naluri liar ku mulai menyala. Akhirnya kuputuskan. Aku harus keluyuran untuk membunuh rasa bosan. Setelah pamit pada pihak toko, dg berjalan kaki kutinggalkan teras toko. Pergi menuju Pantai Kuta. Haha…
Di pantai ini leluasa kunikmati keindahannya. Terutama, para bulenya. Kostum mini yang mereka kenakan jelas sangat mengusik mata nakalku. Terutama ketika mereka melepas baju bagian atas. Sungguh sebuah pemandangan baru ketika itu. Maka tak terasa hingga sore aku berada disana. Sudah waktunya kembali ke toko dan menyelesaikan segala urusan.
Hari2 berikutnya, tiap kali ke bali dan harus menunggu seperti itu, aku langsung tancap gas. Ngeluyur dan ngeluyur. Tiada waktu untuk menunggu. Bagiku kerja itu harus dibarengi dengan kesenangan. Tanpa kesenangan itu bukan kerja namanya.
Begitulah aktivitasku setiap kali ke bali. Bali begitu asyik dan menyenangkan. Sampai kemudian terjadi Bom Bali I. Bali berubah menjadi tidak ramah lagi. Interogasi kerap dilakukan. Banyak turis manca kembali ke Negara asal. Ujungnya orderan makin berkurang. (bersambun…)