Sejalan dengan aktivitas para Pemuda Pejuang Jakarta maka di Jatinegara pun para pemuda giat menyiapkan diri memasuki Badan -- Badan Perjuangan. BKR Jatinegara dipimpin oleh Sambas Atmadinata ( sekarang MayJen TNI AD ), Ramli ( sekarang BrigJen TNI AD ) dan Sumantri ( terakhir perpangkat Mayor TNI, gugur dalam Clash ke II ).
Kalau kita mengenang kembali pertempuran di Jatinegara, maka kita akan mengingat kepada seorang pejuang yang bernama Haji Darip, seorang pejuang yang dianggap sebagai tokoh dari Badan -- Badan Perjuangan yang terdapat di Jatinegara. Haji Darip telah dapat membimbing para Pemuda Pejuang yang terdiri dari segala lapisan yang cinta kepada Tanah Air, menanamkan rasa kebangsaan yang tebal dan membangkitkan semangat untuk terus berjuang melawan kebiadaban penjajah.
Keberanian Haji Darip terkenal sampai ke pelosok -- pelosok daerah Jatinegara, Klender, Bekasi, dan hal ini diakui pula oleh pihak lawan. Aksi yang selalu dilancarkan pasukan Haji Darip selalu dapat mengacaukan kedudukan lawan, serdadu -- serdadu Belanda sering menderita kepanikan dan dalam keadaan panik itu mereka diterjang dan dengan sendirinya banyak korban berjatuhan.
Perjuangan Haji Darip rupanya menarik simpati serdadu -- serdadu India yang beragama Islam. Dari padanyalah banyak didapat senjata -- senjata api, di samping senjata -- senjata api hasil rampasan dari musuh dalam pertempuran.
Dalam serangan yang dilancarkan kepada pihak Belanda dan Inggris, aktivitasnya itu selalu membawa hasil yang memuaskan, berkat karena adanya dukungan dari seluruh Kesatuan -- Kesatuan Perjuangan dan rakyat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Lukas yang dilakukan di Cipanas pada tanggal 24 Juli 1974, pertempuran yang paling hebat, yang merupakan pertempuran man to man terjadi di sekitar Stasiun Rawabangke, di mana Kesatuan BKR dan Haji Darip benar -- benar melaksanakan pertempuran senjata lawan senjata yang berhadapan yaitu orang lawan orang.
Pada waktu itu BKR berkedudukan di Pabrik Es, yaitu di sebelah Asrama BRIMOB Cipinang sekarang sedangkan Kesatuan -- Kesatuan yang dipimpin Haji Darip terpencar di seluruh Jatinegara. Serdadu -- serdadu Belanda ketika itu melakukan serangan ke Rawa Bangke, begitu mereka masuk ke daerah tersebut maka dari setiap penjuru mereke dihujani peluru sedangkan para pemuda -- pemuda yang bersenjatakan senjata tajam dan bambu runcing setapak demi setapak maju mengurung pasukan -- pasukan Belanda yang selanjutnya dilangsungkan dengan pertempuran orang lawan orang. Musuh banyak menderita korban.
Pertempuran lainnya berlangsung pada tanggal 19 Desember 1945, di mana serdadu -- serdadu Belanda yang dibantu serdadu -- serdadu Inggris dengan mempergunakan berpuluh -- puluh truk melakukan penyerangan ke Cipinang dengan maksud untuk membebaskan serdadu -- serdadu Belanda yang ditahan di Penjara Cipinang, usaha mereka dapat digagalkan karena mendapat gempuran yang hebat dari pasukan -- pasukan Pemuda Pejuang.
Pada tanggal 1 Januari 1946 dari Jatinegara pemuda -- pemuda pejuang berbondong -- bondong bahu membahu dengan Kesatuan -- Kesatuan dari daerah lain melancarkan serangan besar terhadap kedudukan Inggris di Cililitan, karena serangan itu merupakan serangan yang mempunyai aspek politik maka setelah kedudukan musuh diubrak -- abrik, pasukan -- pasukan Pemuda Pejuang kembali ke tempat semula. Siang harinya serdadu -- serdadu Inggris dan Belanda melancarkan serangan balasan, mereka membakar rumah -- rumah penduduk di Jatinegara -- Kemuning, Gang Ambon di jalan Lokomotip. Pertempuran berlangsung di sekitar Pisang Baru, Pasar Mede.
Karena daerah Jatinegara di operasikan terus baik oleh serdadu -- serdadu Inggris maupun Belanda, hampir setiap kampung di bersihkan, maka Haji Darip beserta Sebagian anggota -- anggota pasukannya mengundurkan diri ke Klender, sedang sebagian lagi tetap tinggal di Jatinegara dan aktip melaksanakan tugas spoinase untuk kepentingan Perjuang -- Pejuang RI.
Pada tahun 1946 Haji Darip dengan rela membubarkan pasukannya untuk digabungkan dengan TKR, dan diantaranya ada pula yang bergabung dalam API dan PESINDO.
Pada waktu pengakuan kedaulatan RI tahun 1949, Haji Darip kembali ke Jatinegara, menyusun kekuatan yang ada dan tidak lupa memberikan penerangan -- penerangan yang bermanfaat bagi pembangunan rakyat.Â
Sumber : DINAS SEJARAH MILITER KODAM V/JAYA. (1975). SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT JAKARTA, TANGERANG, DAN BEKASI DALAM MENEGAKKAN KEMERDEKAAN RI. PT VIRGO SARI. JAKARTA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H