Serdadu -- serdadu Jepang yang ganas itu, setelah mengetahui bahwa gugurnya para Taruna akibat keganasannya menyebabkan semangat dan tekad rakyat Indonesia makin meningkat dan mereka mengira bahwa seluruh kekuatan rakyat dan TKR akan dikerahkan untuk menghancurkan mereka, serdadu -- serdadu Jepang itu berperasaan lebih ngeri kalau berhadapan dengan massa rakyat yang bersenjatakan bambu runcing, semua ini menyebabkan serdadu -- serdadu Jepang selalu dalam keadaan tegang, perasaan takut dan ngeri selalu membayang -- bayangi mereka. Akhirnya mereka mengambil keputusan untuk secara suka rela menyerahkan segala persenjataan kepada pihak TKR, dengan demikian maka cita -- cita Mayor Daan Mogot Almarhum tercapai sebagaimana mestinya.
Suatu hal yang patut dibanggakan, adanya sifat kesatria yang dimilik para Taruna Militer Akademi Tanggerang yang masih tinggal. Balas dendam tidak ada dalam kamus mereka, lebih -- lebih karena serdadu -- serdadi Jepang telah menyerah. Seorang kesatria tidak akan bertindak kejam dan sewenang -- wenang pada musuh yang telah menyerah.
Akibat gugurnya Komandan dan Sebagian para Taruna, untuk selama 2 minggu Militer Akademi Tanggerang terpaksa ditutup. Waktu dibuka kembali sebagai Direktur yang baru diangkat Kapten Kemal Idris. Tetapi berhubung situasi yang tidak mengizinkan terutama mulai mendekatnya tindakan -- tindakan peyerbuan Belanda, maka atas kebijaksanaan Markas Besar Umum TKR di Yogya, pada tanggal 22 Maret 1946 Militer Akademi terpaksa ditutup.
Pada upacara penutupan itulah dilantik 129 orang Taruna yang telah berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan selamat. Ke 129 orang lulusan Angkatan pertama berpangkat CAPA dan disebar ke berbagai kesatuan, diantaranya ke DEVISI Siliwangi di Purwakarta -- Cikampek, ke Jawa Tengah, Jawa Timur dan Surakarta. Kebanyakan dari mereka ditugaskan sebagai Komandan -- komandan seksi dan ada pula yang diangkat sebagai Komandan Kompi, ternyata dalam segala tugas yang dibebankan kepada mereka tidak nampak lagi perasaan canggung tetapi menunjukkan bahwa mereka telah mengalami pendidikan dan gemblengan yang cukup matang. Sifat kepahlawanan, keuletan dan ketabahan Daan Mogot senantiasa menjadi pedoman mereka dalam memimpin anak buahnya dan membimbing mereka menjadi prajurit -- prajurit yang baik.
Sumber : DINAS SEJARAH MILITER KODAM V/JAYA. (1975). SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT JAKARTA, TANGERANG, DAN BEKASI DALAM MENEGAKKAN KEMERDEKAAN RI. PT VIRGO SARI. JAKARTA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H