Tidak begitu jauh dari kota Tangerang terletak sebuah desa yang Bernama Lengkong, didaerahnya ini terdapat suatu Perkebunan Karena yang karena mempunyai bangunan -- bangunan luas dan letaknya sangat strategis bagi kepentingan militer maka oleh pihak Jepang dijadikan sebagai salah satu markas dari serdadu -- serdadu yang bersenjata lengkap.
Pada bulan Januari 1946 dengan pulihnya kembali kekuatan RI di Tanggerang ( ingat peristiwa yang di timbulkan Haji Ahmad Chairun ) maka NICA berniat mendudukin kota Tanggerang dan sebelumnya itu NICA akan melucuti terlebih dahulu serdadu -- serdadu Jepang yang ada di Lengkong itu. Mayor Daan Mogot sebagai Direktur Militer Akademi Tanggerang mempunyai pandangan bahwa serdadu -- serdadu Jepang tersebut haruslah dilucuti oleh pihak RI dengan tujuan utama mengambil senjata -- senjatanya yang dapat dipergunakan untuk kemudian menangkis serangan NICA yang ditunjukan ke Tanggerang itu.
Mayor Daan Mogot segera mengatur kekuatan para Taruna yang dijadikannya menjadi 3 kelompok, yaitu :
- Kelompok 1 bertugas melaksanakan pengawalan bahan makanan Sekutu untuk RAPWI yang ke 2 kalinya
- Kelompok 2 ditugaskan untuk mempertahankan Markas Militer Akamedi Tanggerang dari segala kemungkinan yang timbul.
- Kelompok 3 akan bertugas di bawah Komando Mayor Daan Mogot sendiri, yaitu melucuti senjata Jepang di Lengkong
Pada tanggal 25 Januari 1945 di adakan gerakan operasi ke Lengkong langsung dipimpin oleh Mayor Daan Mogot sendiri dan diikuti oleh para Taruna yang bergabung dalam Kelompok 3. Ikut serta dalam operasi ini 8 orang serdadu India Muslimin bekas Tentara Sekutu yang melarikan diri dan bergabung dalam kesatuan tantara kita. Ke 8 serdadu itu akan digunakan sebagai alat seolah -- olah mereka dikirmkan tantara Sekutu untuk bertugas melucuti serdadu -- serdadu Jepang dengan bantuan para taruna. Dengan adanya ke 8 orang serdadu India Muslimin itu, pasukan Taruna dengan dapat dengan mudah memasuki daerah Markas Jepang. Mayor Daan Mogot besera beberapa Perwira dan ke 8 orang seradu India Muslimin memasuki Markas dan menuju Gudang yang ditunjuk oleh Jepang untuk berunding, sedangkan para Taruna melakukan melakukan steling disekeliling Markas Jepang.Â
Perundingan hampir selesai .......... Ketika senjata sedang dikumpulkan, salah seorang serdadu Pakistan yang turut dalam rombongan Mayor Daan Mogot, mengambil sepucuk senjata untuk diamat -- amati karena baru kali itu ia melihat senjata semacam itu. Ia mulai mengutik -- ngutik senjata itu. Entah apa sebebnya, tiba -- tiba senjata itu meletuk. Pihak Jepang menduga bahwa mereka telah terjebak, sehingga dalam sekejap mata saja mereka telah melepaskan tembakan -- tembakan kearah rombongan dari Tanggerang dari segenap penjuru. Pertempuran yang tak terduga sama sekali, meletuslah.
 Para Taruna walaupun jumlah lebih sedikit, persenjataanya tidak seimbang dan dalam keadaan posisi yang kurang menguntungkan melakukan perlawanan yang heroic, mereka bertempur sampai titik darah terakhir. Mayor Daan Mogot beserta Perwira yang sedang melakukan perundingan serta melakukan perlawanan dengan sengit hingga titik darah penghabisan. Dikarenakan kekuatan yang tidak seimbang baik jumlah kekuatan maupun persenjataan serta pengalaman pertempuran, maka pertempuran yang berat sebelah tersebut berakhir dengan kekalahan di pihak kita, dimana tidak sediki para Taruna M.A.T. yang gugur dan ditawan oleh pihak Jepang. Hanya satu dua orang saja diantara para Taruna yang dapat melarikan diri untuk memberi tahu kepada kepada para Taruna yang ada di Markas. Beberapa orang Taruna yang masih hidup, bahkan ada yang luka -- luka berat, diantaranya Amir Hamzah Pasaribu, Bratawinata dan lain -- lainnya ditawan oleh Jepang.
Peristiwa yang menyedihkan ini terjadi pada tanggal 25 Januari 1946 dan terkenal sebagai Pertempuran Lengkong. Dibalik kejadian yang menyedihkan ini bagi seluruh slogorde TKR se Resimen VI Tanggerang, terdapat pula hal -- hal yang dapat dibanggakan ialah :
- Semangat bertempur yang mengagumkan semangat tidak mengenal menyerah
- Kerelaan berkorban untuk Nusa dan Bangsa
Kedua hal ini tanpa ada perhitungan tuntutan balasan apa -- apa. Dapatlah hal ini dijadikan sari teladan bagi seluruh slagordeTKR Tanggerang khususnya dan seluruh TKR dan Bangsa Indonesia pada umumnya. Sifat -- sifat kepahlawanan ini mendapat sambutan sepenuhnya dari masyarakat Tanggerang dan bila orang mengenang akan Peristiwa Lengkong tidak akan luput orang mengagumi sifat -- sifat heroik yang telah dilakukan oleh para Taruna M.A.T. dan pimpinannya Daan Mogot.
Pada tugu batu yang berdiri tegak tepat di depan pintu gerbang Makam Pahlawan Tanggerang tertulis nama 38 orang pahlawan yang gugur; mereka itu adalah : 1. Mayor Daan Mogot, 2. Letnan Satu Sutopo, 3. Letnan Satu Subijanto Djojohadikusumo, 4. Taruna -- Taruna : Bachrudin, R.M. Sujono Djojohadikusumo, Memed Danumihardjo, Suhadi, Subijanto Hardjowijoto, Surjani, Surardi, Rofli Agus, Marengka, Moh. Ali Achmad, Sugito, Umar Ali, Margono, Sasmito, R. Sukiswo, Sjamir Alam, Sjoket Salim bin K.H. Agus Salim, Suseno, Sumantri Mautamidjaja, Subandi, Isuwijo Tjokrowiguno, Moh Arsyad, Zamal, Martono, Sarjanto Sarmi, Mardullah, Saleh Bachrudin b. H. Suhaemi, Sasmito Sunaryo, R. Brentel Sugito, Sayid Moh. Ahaddad, Sutopo Sudirman, R. Santoso Kusman, Sugijanto, Harsono Pramugiri dan Rohadi.
Jenazah itu baru dapat dimakamkan setelah dua hari di kamp Jepang ( Lengkong ). Dalam keadaan tidak utuh, satu persatu diabadikan/dikebumikan " Taman Pahlawan Tangerang " yang letaknya disebelah Lembaga Pemasyarakatan sekarang ini. Rakyat menyaksikan dengan dihadiri oleh P.M. Syahrir dan Bapak H. Agus Salim -- para putra Indonesia terbaik - Â telah selesai menjalankan tugas suc. Sekarang " Taman " itu dikenalkan dan telah diresmikan sebagai " TAMAN TARUNA ", pengorbanan yang tidak sia -- sia.
Mereka semua telah gugur sebagai Kusuma Bangsa, arwah mereka kembali kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, jasad dapat hancur ......... akan tetapi nama mereka tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dengan tinta emas dan terkenang sepanjang masa.