Sejalan dengan derap lagkah dalam menyambut genderang perang membela dan menegakkan Negara Republik Indonesia para pemuda pejuang di Jakarta, maka para pemuda pejuang yang berada di Kalibaru Timur Senen tidak mau ketinggalan dari pada pemuda -- pemuda lainnya. Darah mereka pula tersirap, meluap, melihat kekejaman -- kekejaman serdadu -- serdadu Jepang, Inggris dan Belanda terhadap rakyat yang telah merdeka, melihat penghinaan -- penghinaan musuh terhadap Negara Republik Indonesia seperti merobek -- robek Sang Merah Putih, mendudukin gedung -- gedung pemerintah, melucuti anggota -- anggota POLRI dan sebagaianya, karena itulah maka para pemuda di Kalibaru yang terdiri dari bermacam -- macam kesukuan bersatu menggalang satu kekuatan yang besar guna menunjukan kepada pihak lawan bahwa mereka tetap tidak sudi dijajah lagi.
Mereka bergabung dalam satu Organisasi Perjuangan yang diberi nama PERSATUAN RAKYAT JAKARTA. Pemimpin -- pemimpinnya adalah terdiri dari pemuda -- pemuda didaerah itu sendiri, yang Bernama Itjang, Njunsang, Ma'ud dengan mendapat bantuan dari kawan -- kawan mereka yang berasal dari Banten. Pasukan Persatuan Rakyat Jakarta dalam melakukan aksi -- aksi perlawanan dan pembelaan negara selalu bahu membahu dengan seluruh Pemuda -- pemuda Perjuangan lainnya, teristimewa dengan pemuda -- pemuda yang ada di daerah Tanah Tinggi.
Persenjataannya merupakan senjata tradisionil dan bambu runcing, tetapi ini tidak menjadi soal bagi mereka karena mereka memiliki senjata yang lebih ampuh yaitu semangat yang kita kenal sekarang dengan Nilai -- Nilai '45, yaitu semangat berkorban, berjuang, mementingkan kepentingan Negara dari pada kepentingan pribadi dan didalam pelaksanaannya selalu bersatu -- bertoleransi dengan Pemuda -- Pemuda Perjuangan lainnya.
Selain dengan pemuda -- pemuda pejuang di Tanah Tinggi, dijalin pula hubungan dengan anak buah Imam Syafe'I yang berada di Gang Sentiong dan di Jatinegara, kerena itulah maka dasar pelaksanaan perlawanan dan pembelaannya sejalan dengan yang dijalankan oleh Imam Syafe'I yaitu Psy war dan serangan langsung.
Psy war dengan melancarkan Perang Urat Syaraf terhadap musuh dan serangan musuh dan serangan langsung ialah langsung menggempur kedudukan -- kedudukan musuh.
Penculikan terhadap serdadu -- serdadu Jepang, Inggris, dan Belanda serta kaki tangannya menjadi meningkat dan sesuai dengan hukum revolusi mereka tidak diberi ampun lagi, serdadu -- serdadu Jepang, Belanda, atau Inggris yang diculik hanya kembali namanya saja, kekacauan -- kekacauan terjadi di pihak musuh. Karena itulah pihak musuh selalu mengincar para pemuda anggota Persatuan Rakyat Jakarta tersebut.
Dalam melaksanakan serangan langsung, anak buah Itjang melakukan penyerbuan ke tempat kedudukan musuh di Gang Kelor, Gang Sentiong, Pos musuh yang ada di dekat Grand dan bahkan tangsi Batalyon X.
Pada mulanya baik Jepang, Inggris, maupun Belanda mengira bahwa penculikan -- penculikan, serangan -- serangan langsung itu dilancarkan Pemuda -- Pemuda di Tanah Tinggi, karenanya serangan -- serangan balasan selalu dilancarkan ke Tanah Tinggi, bahkan Tanah Tinggi dua kali mengalami penggranatan dan pengeboman dari Udara. Akhirnya musuh mengetahui pula bahwa yang sering melakukan penculikan dan pengacauan terhadap tangsi -- tangsi musuh adalah anggota -- anggota Persatuan Rakyat Jakarta. Patroli Belanda segera dikirimkan ke Kalibaru.
Suatu keberanian yang luar biasa ditunjukan oleh Itjang dimana ia menyerang langsung patroli Belanda. Maksudnya itu dilaksanakan dengan harapan agar anggota -- anggota pasukannya dapat bersiap -- siap yang ketika itu memang daerah Kalibaru telah ditingkar oleh musuh. Itjang benar -- benar mengorbankan jiwa raganya demi keselamatan anak buahnya. Belanda disergapnya hingga terjadi pergumulan yang seru antara Itjang dengan beberapa orang serdadu Belanda. Pergumulan berlangsung sampai didalam kali karena mereka yang bergumul berjatuhan kedalam kali. Tetapi akhirnya karena kehabisan tenaga, dalam keadaan lemas Itjang dapat ditangkap serdadu -- sedadu Belanda dan langsung dibawa ke tangsi Batalyon X, disinilah Itjang mendapatkan penyiksaan -- penyiksaan dari serdadu -- serdadu Belanda hingga menderita luka -- luka yang gawat, karena serdadu -- serdadu Belanda menginginkan keterangan -- keterangan lebih lanjut dari Itjang, maka untuk sementara waktu Itjang dititpkan di Rumah Sakit Umum Pusat ( RSUP ). Belanda menginginkan keterangan -- keterangan dari Itjangk arena waktu diperiksa di Batalyon X tetap bungkam tidak mau mengkhianati perjuangan saudara -- saudaranya.
Pada waktu Itjang dititipkan di RSUP, kesatuan -- kesatuan Pemuda Pejuang yang terhimpun dari beberapa kelompok melakukan penyerbuan ke tangsi Batalyon X untuk maksud membebaskan Itjang, karena dikira ia masih berada di tangsi tersebut, tetapi setelah diketahui bahwa Itjang dititipkan di RSUP, maka diadakanlah usaha penyelamatan. Atas usaha Sidik S.H. ( pada tahun 1967 berpangkat Kolonel ) yang menyamar sebagai seorang Dokter dengan dibantu para Juru Rawat RSUP Â yang berjiwa perjuangan, maka Itjang dapat dibawa keluar dari RSUP, itupun dilaksanakan dengan melalui got -- got yang ada disekitar RSUP tersebut.
Untuk menghindari pengejaran Belanda, Markas Persatuan Rakyat Jakarta dipindahkan ke Cempaka Putih, dan dari markas baru inilah. Itjang kembali melancarkan siasatnya mengempur kedudukan -- kedudukan serdadu -- serdadu Belanda, Inggris. Walaupun belum pulih benar kesahatannya, Itjang dengan anak buahnya yang bergabung dengan Kesatuan -- Kesatuan lainnya melancarkan serangan ke Tangsi Penggorengan.