Mohon tunggu...
Zamin Zatua
Zamin Zatua Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografi dan videografi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Thinking, feeling and Action

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Asia Tenggara Masa Hindu-Budha

15 Juni 2021   14:46 Diperbarui: 15 Juni 2021   16:02 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

KAWASAN DAN PENDUDUKNYA

Semenanjung Indochina dan Nusantara merupakan wilayah -- wilayah tropical yang diembusi angin -- angin musim. Dari tahun ke tahun memang terjadi perubahan -- perubahan yang dapat menimbulkan bencana untuk persawahan yang merupakn satu -- satunya cara yang menjamin penyediaan serelia secara berlimpah. Tetapi biasanya silih berganti musim kemarau dan musim hujanlah yang menentukan kehidupan penduduk setempat, dan silih berganti angin -- angin utamalah yang menentukan arah pelayaran kapal -- kapal. Melihat letak Burma, Semenanjung Tanah Melayu, dan Pulau Sumatra, maka India Belakang sisi baratnya menghadap ke lautan India, Mengenai Lautan India, Sylvian Levi menulis, " daur arus dan daur angin berkala yang menentukan pelayaran sudah cukup lama menopang suatu sistem niaga antara pesisir Afrika, Semenanjung Arab, Teluk Persia, India, Indochina dan dibelakangnya negeri China, yang masing -- masing tidak henti -- hentinya memberi sumbangan dan menerima bagiannya. "

Disebrang perintang alamiah yang terdiri dari Semenanjung Tanah Melayu dan pulau -- pulau perpanjangannya, terdapat yang boleh disebut suatu Lautan Tengah yang sesungguhnya, yang terbentuk oleh Laut China, Teluk Thailand, dan Laut Jawa. Sekalipun ditembsi angin taufan dan dihambat gosong dan karang, lautan yang hampir tertutup ini dari dahulu lebih merupkan penghubun antara penduduk pantai -- pantainya dari pada memiliki kapal -- kapal masing -- masing. Meskipun asal -- usul mereka, yang sudah jauh di masa lampau itu, mungkin sekali sangat beranekaragam, namun berkat hubungan yang terus -menerus mereka telah mengembangkan suatu kesatuan kebudayaan yang akan dibahas nanti. Kebudayaan pra Hindu -- Budh aitu telah berkembang di dekat laut, di lembah dan delta sungai -- sungai besar: Sungai Mekong, Menam, Irrwaddy, dan Salween, di dataran rendah Jawa, dan di daerah aliran sungai yang hulunya deka pantai seperti di Vietnam, di Semenanjung Tanah Melayu, dan di Sumatra, yang kurang layak dilayari tetapi baik sekai untuk pengairan. " Di sana ", tulis Jules Sion ( 1928-9, II, hlm. 513 ), " orang yang beradab pada pokoknya hanya orang dataran rendah; tanah -- tanah berbukit, yang tidak selalu miskin, mereka biarkan kepada orang pribumi, padahal mereka sendiri sudah lama sekali mempunyai sarana untuk mengelolahnya berkat berbagai jenis jawawut, berbagai jenis padi, dan ternak yang mereka miliki. " 

Mundurnya orang pribumi dan orang yang kurang beradab ke wilayah pegunungan mestinya suatu gejala yang sudah berlangsung lama sekali; gerak ini berlanjut dari abad kea bad dan agaknya terutama terasa pada masa indianisasi. Hali itu banyak menerangkan startigrafi etnis dari kawasan India Belakang. Pegunungan masih tetap merupakan wilayah penduduk, yang kadang -- kadang hidup berpindah -- pindah, yang berburu, meramu, berladang dengan tebang bakar.

Sudah dari zaman dahulu kala penduduk India Belakang terdiri dari unsur -- unsur yang yang beraneka warna; ada yang dikelompokan dengan kelompok orang Negrito dan kelompok orang Vedda, ada dengan kelompok orang Australoid dan Papua -- Melanesia, ada pula akhirnya dengan kelompok orang Austronesia. Kesimpulan yang palin jelas yang dapat ditarik ialah bahwa penduduk asli Indochina dan Nusantara ada hubungan dengan mereka yang kini masih menghuni kepulauan -- kepulauan di Lautan Pasifik, dan bahwa unsur Mongolian sangat baru. Lagi pula yang penting di sini bukanlah ras tetapi jenis kebudayaan. Penduduk kuno itu telah meninggalkan alat -- alat dari batu, tulang, dan logam, pecahan tembikar, barang -- barang dari kaca, dan megalit di beberapa daerah. Kronologi benda -- benda kuno itu sama sekali belum tersusun secara memuaskan. Bukan hanya sulit ditentukan jamannya secara mutlak, akan tetapi urutan munculnya berbagai tipe peralatan tidak selalu dikenal dengan tepat. Kenyataan bahwa batu yang diupam sering ditemukan bersama dengan benda -- benda dari besi, merupakan bukti bahwa prasejarah di sini berlanjut jauh dari lebih lama dari pada di Eropa. Maka dapat dikatakan dengan tidak terlalu berlebih -- lebihan bahwa dalam abad -- abad akhir sebelum Tarikh Masehi, ketika pengaruh peradaban -- peradaban beraksara dari China dan India jaman Aryan mulai kuat menembus, penduduk India Belakang di bawah pengaruh tetangga -- tetangganya baru  saja mulai bisa memakai logam -- logam.

Industri Paleolitik menurut arti istilah itu dalam prasejarah Eropa, di Bruma diwakili " Anyathian kuno ", yang dicirikan oleh batu sungai yang dibentuk menjadi iris. Contoh -- contoh serupa juga ditemukan di Thailand ( Fing Noi ) dan di dataran tinggi Laos ( Phou Loi ). Industry itu agaknya dihasilkan oleh orang Proto -- Australia yang juga telah meninggakan jejak -- jejak industry tipe " Chellean " di Jawa.

Masa berikutnya yang dicirikan oleh adanya peralatan dari batu yang dipangkas, sementara tembikar hampir sama sekali tidak ada, telah meninggalkan bekasnya di Tongking ( wilayah Hoa Binh ) dan dibagian utara Vietnam di Laos ( Luang Prabang ), di Thailand ( Chiang Rai, Lopburi, Ratburi ) dan di Semenanjung Tanah Melayu ( Gua Kerbau, Perak ). Di pantai timu Sumatra, kapak yang hanya satu mukanya diasah, rupanya berasal dari masa yang sama. Sejumlah peneliti memberi sebutan " Mesolitik " kepada peradaban yang lazimnya dinamakan " peradaban Hoabinhian " itu.

Dibeberapa situs, batu yang dipangkas tercampur dengan alat -- alat tajam yang diupam, suatu ciri khas dari industri " Bacsonian " ( yang ditemukan di daerah peguungan Bac Son, Tongking ), dengan sedikit tembikar pola anyaman dan dengan alat -- alat dari tulang. Dari sisa -- sisa kerangka manusia yang ditemukan dalam situs -- situs, peradaban Hoabinhian dan peradaban Bacsonian, ada yang menunjukan ciri -- ciri mendekatnya dengan ras -- ras Australia dan Papua -- Melanesia, ada pula yang bertipe Austronesia yang sudah memperlihatkan beberapa ciri Mongoloid yang bakal makin lama makin menonjol. Sebaliknya, sisa -- sisa kerangka yang ditemukan bersama dengan suatu industry yang ditandai oleh berlimpahnya pecahan gerabah serta mikrolit dan yang sudah terbukti adanya di Sumatra, Jawa, Borneo, dan Sulawesi, rupanya berasal dari orang Negrito dan Veddoid.

Akhirnya masih ada satu bentuk kebudayaan Paleolitik atau Mesolitik Atas, yang dicirikan oleh peralatan dari tulang dan yang sudah terbukti adanya di Indochina, Thailand, Semenanjung Tanah Melayu, dan dari Sumatra sampai Jepun, termasuk Jawa, Sulawesi, Borneo, Filipina, Taiwan, dan Kepulauan Ryukyu. Bentuk kebudayaan itu barangkali ada hubungannya dengan perpindahan atau terebarnya suatu ras yang belum dikenal. Industri Neolitik yang bekas -- bekasnya ditemukan hampir di mana -- mana di Timur Jauh,, mungkin saja diperkenalkan Sebagian oleh pendatang baru, mungkin sekali oleh kelompok orang Austronesia yang kini merupakan bagian terbesar penduduk India Belakang. Peradaban Neolitik, yang kaya akan tembikar bergambar yang kadangkala mengingatkan motif -- motif dari peradaban China kuno dan dari Barat, tidak hilang ketika logam -- logam diperkenalkan: jiwanya boleh saja dikatakan masih tetap hidup dalam beberapa kelompok terbelakang di wilayah pegunungan dan di pedalaman.

Pada masa Neolitik, di wilayah geografis yang dibahas di sini, bagian utaranya terpisah dari bagian selatan. Perpisahan ini barangkali disebabkan oleh perpindahan terawal kelompok -- kelompok  etnis Mongolian atau Indochina Tengah, China Selatan, dan India Timur Laut, secara umum terdapat kapak yang gagangnya berpunting, alat khas dari masyarakat yang berbicara bahasa -- bahasa dari rumpun Austro -- Asuatik, sedangkan wilayah -- wilayah yang bahasanya dari rumpun -- rumpun Austronesia, yang letaknya di bagian selatan, boleh dikatakan hanya mengenal kapak yang penampang matanya berbentuk segitiga atau setengah lingkaran

Melihat peralatan yang ditemukan bersama megalit, maka megalit yang tersebar di seluruh India Belakang itu sudah termasuk jaman logam, artinya jaman Protosejarah. Situs -- situs yang paling kuno, yang hanya menunjukkan perunggu tanpa menunjukan besi, adalah dolmen di bagian timur Jawa, yang kemudian bekembang untuk melahirkan sarkofagus di Bali. Enth dolmen, atau kuburan ( Jawa Tengah, Sumatra Selatan, Perak ), tempayan monolit ( Dataran Tinggi Laos ), ataupun menhir ( Dataran Tinggi Laos, Semenanjung Tanah Melayu, Sumatra, Jawa ), semuanya monument berkaitan dengan kematian, dengan pemujaan leluhur dan pemimpin -- pemimpin yang sudah meninggal dunia. Hasil pengamatan ini telah menimbulkan teori -- teori yang paling berani.

Kiranya dapat dipertanyakan apakah " jaman perunggu " betul -- betul pernah ada di India Belakang. Di kawasan ini pemakaian batu bertahan lama sekali, dan besi muncul hampir bersamaan waktunya dengan perunggu, sebaiknya jangan dilupakan bahwa di China, di bawah pemerintahan dinasti Han, dalam kedua abad sebelum tarikh Masehi, senjata masih terbuat dari perunggu dan bahwa besi baru saja diimport. Peradaban " Dongsonian " yang sama dengan Jaman Perunggu di Tongking dan di bagian utara Vietnam ( mengkin sekali pusat penyebaran nekara ), tidak meninggalkan apa -- apa yang dapat dianggap mendahului abad -- abad akhir sebelum tarikh Masehi. Setin Callenfels telah mengusulkan muncul perunggu di Indonesia pada sekitar tahun 600 SM dan di Nusantara pada sekitar tahun 300 SM.

Hampir selalu tidak ada masa peralihan antara Neolitik Akhir dan peninggalan -- peninggalan Hindu -- Budha awal. Di pantai Vietnam dan di Kamboja tidak ada apa -- apa antara situs -- situs Neolitik di Sa Huynh, di Semarong Sean, dan megalit di Xuan Loc, di satu pihak, dan monument -- monument awal di Champa dan di Kemboja di pihak lain. Pemukiman -- pemukiman Hindu -- Budah di Oc Eo ( Cochinchina ) dan Kuala Selinsing  ( Negeri Perak, disemenanjung Tanah Melayu ), di smaping ditemukan cap -- cap yang diukir nama -- nama dalam bahasa Sanskerta beraksara dari abad ke-2 sampai abad 5 M, telah megungkapkan adanya alat -- alat dari batu yang diumpam. Di Sulawesi, sebuah arca Budha dari perunggu dari tradisi Amaravati telah ditemukan di Sempaga di atas sebuah situs Neolitik. Maka tidaklah berlebihan bla dikaitkan bahwa masyarakat India Blekanag masih sepenuhnya berperadaban Neolitik Akhir ketika kebudayaan berlatar Brahmaisme  Buddhisme dari India datang bersentuhan dengannya.

Tetapi sentuhan itu bukan untuk pertama kalinya. Melihat bahwa tersebar luasnya tipe -- tipe kebudayaan yang disebut tadi dan terutama banyaknya manik -- manik kaca asal India yang ditemukan di situs Neolitik di Indochina dan di Nusantara, maka terbuktilah bahwa sudah sejak jaman Prasejarah terdapat hubungan maritim, tidak hanya antara pelbagi wilayah India Belakang, tetapi juga antara yang kawasan ini dengan India sendiri. Hal itu juga tampak jelas dari pengamatan Arthur M. Hocart dan Paul Paul Mus mengenai kemiripan sejumlah kepercayaan dasar dan ritus poko yang terdapat di seluruh Asia b yang berangin musim. Anatar India, jaman pra Aryana di satu pihak, dan Indochina dan Nusantara di pihak lain, rupanya terdapat suatu kesatuan kebudayaan yang terbukti dari peralatan dan kosakata.

Ada sementara orang yang berpendapat bahwa satu atau beberapa gelombang kelompok etnis yang berasal dari Indochina atau dari Kepulauan agaknya telah menyebar ke India sebelum kedatangan kelom orang Aryan. Ada pula yang sebaliknya berpendapat bahwa kelompok orang Dravidian atau kelompok orang Aryan yang masuk ke India dari arah barat laut, agaknya menggiring sampai ke India Timur dan Selatan penduduk pribumi yang kemudian mencapai Indochina dan Nusantara dan disana melangsungkan sejenis indianisasi awal yang ynag pra-Aryan, sedak=ngkan kelompok orang Austronesia telah meningalkan daratan untuk menghuni kepulauan. Untuk sementara sebaiknya janganlah kita mencoba memberi penjelasan yang terlalu tuntas, dan lebih baik kita memakai rumusyang diberikan dengan hati -- hati oleh tuan Jean Przyluski yang berpendapat bahwa " selama Jaman Perunggu yang kedua ( di Eropa ), Indochian telah masuk kawasan pengaruh suatu peradaban maritime yang mencakup Asia Tenggara dan Nusantara.

Apa pun asalnya, peradaban itu telah dibawa sampai ke Madagaskar oleh kelompok orang Austronesia, entah sebelum, entah sesudah mereka diindianisasikan. Peradabn itu mungkin juga telah menyentuh Jepun, karean sudah beberpa kali dilaporakna ada persamaan denga kawasan selatan berkenan dengan peralatan prasejarah, bahasa dan folklore.

Ada usulan komplek Asuto -- Asiatik dihubungkan dengan rumpun " Austronesoid " yang ciri khasnya adalah pemakaian busur, pelakasanaan matriarkat, dan kepercayaan -- kepercayaan yang menyembah totem. Klasifikasi yang terlalu sistematis hendaknya diragukan, seperti juga kerangka -- kerangka yang telalu kaku, yang ke dalamnya dipaksakan suatu kenyataan yang berubah -- ubah dan luwes. Metode ini dapat menimbulkan banyak kekeliruan. Meskipun begitu, di sini dapat dikemukakan bahwa ciri -- ciri khas peradabn pra -- Aryan itu rupa -- rupanya sebagai berikut : dari segi materil, pertanian bersawah, pemeliharan lembu dan kerbau, pemakaian logam secara sedeharna, kemahiran berlayar; dari segi sosial, pentingnya peran perempuan dan pertalian kekerabatan melalui garis ibu, organisasi sebagai akibat keperluan -- keperluan persawahan; dari segi keagamaan, animism, pemujaan leluhur dan dewa tanah, penempatan tempat ibdah di tempat tinggi, pemakaman di dalam tempayan atau dolmen; dari segi mitologi, " sifat ganda kosmologis yang mengenal gunung berlawanan denga laut, makhluk bersayap dengan makhluk yang hidup dalam air, orang gunung dengan orang pantai "; dari segi linguistic, pemakaian bahasa -- bahasa yang ceanderung membentuk istilah dengan awalan, akhiran, dan sisipan.

Kesatuan kebudayaan inilah yang mungkin sekali merupakan salah satu faktor yang telah mendorong bangsa China untuk merangkum pelbagai kelompok penduduk India Belakang itu dengan sebutan K'un-lun. Nama ini memang baru muncul pada masa sesudah indianisasi, maka orang dapat saja berpikir bahwa kesatuan kebudayaan yang diindianisasikan yang diungkapkan oleh istilah itu. Pendpaat itu kiranya dipakai mengingat bahwa orang China berbicara tentang " tulisan K'un-lun ", dan tulisan merupakan salah satu unsur pokok dari sumbangan India. Akan tetapi bila mereka berbicara tentang " bahasa -- bahasa K'un-lun " dan " pedagang dan perompak laut K'un-lun ", meraka rupanya memang menggunakan istilah itu untuk suatu kesatuan etno-linguistik. Kata K'un-lun telah ditafsirkan dengan berbagai cara. Dari penelitian Gabriel Ferrand tampaklah bahwa kata itu merupakan transkripsi dari beberapa istilah pribumi yang tidak dapat dibedakan pemakaiannya dalam bahasa China. Sylvain Levi berpendpaat bahwa kata itu adalah padanan dari ungkapan Sanskerta dvipantara, " masyarakat kepulauan ". Adapun Nicholaas J. Krom  mengemukakana kemunkinan persamaan K'un-lun = Malaya; dan hipotesis -- hipotesis mutakhir Ramesh C. Majumdar, dengan mengingat bahwa perbandingan -- perbandingan itu agak dangkal, agaknya sedemikian sifatnya hingga sedikit memantapkan pendapat itu, sebab diberikan kepada unsur " Melayu "  ( artinya unsur kebudayaan kelompok orang Astronesia yang telah berkembang setelh bersentuhan dengan orang asing asal kelompok Mongoloid ) tempat utama sebagi pembawa peradaban Austro -- Asiatik.

Jadi orang -- orang India telah berhadapan, bukannya dengan orang primitive yang tidak beradab, tetapi dengan masyarakat -- masyarakat yang teroranisir dan berperadaban ( terutama peradaban Dongson ). Peradaban -- peradaban ini mempunyai beberapa ciri yang sama dengan peradaban India, dan suatu gambaran kasar dari peradaban -- peradaban itu dapat diperoleh dari beberapa masyarakat terbelakang yang memenuhi pegunungan Indochina dan Semenanjung Tanah Melayu. Kesatuan yang tampak dari unsur -- unsurnya yang kita ketahui, dan yang unsur terpentingnya adalah bahasa, pasti menyembunyikan adanya keanekaragaman rs yang besar, betapa pun kesimpulan -- kesimpulan yang telah ditarik oleh Pastor Wilhelm Schmidt dari sementara hasil pengukuran tubuh manusia.

Kebudayaan Austro -- Asiatik telah mencakupi masyarakat -- masyarakat sambil meminjam atau menyerap beberapa unsur bendawi dan rohani dari mereka. Masih terdapat beberapa kelompok terpencil keturunan masyarakat itu. Apa yang sama -- sama dipunyai oleh pelbagai kelompok etnik di wilayah yang sedang ditilik dengan ini sering sekali berasal dari salah satu kelompok itu, atau dari suatu dasar kebudayaan yang sama dan yang sudah hilang. Dan pengamatan P. Rivet mengenai sifat -- sifat umum bahasa -- bahasa yang dinamakannya bahasa -- bahasa " Oceanian " rupanya dapat diterapkan tidak hanya pada bahasa, tetapi juga pada unsur -- unsur peradaban lainnya dari kompleks Austro -- Asiatik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun