Mohon tunggu...
Zamin Zatua
Zamin Zatua Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografi dan videografi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Thinking, feeling and Action

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Asia Tenggara Masa Hindu-Budha

15 Juni 2021   14:46 Diperbarui: 15 Juni 2021   16:02 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kiranya dapat dipertanyakan apakah " jaman perunggu " betul -- betul pernah ada di India Belakang. Di kawasan ini pemakaian batu bertahan lama sekali, dan besi muncul hampir bersamaan waktunya dengan perunggu, sebaiknya jangan dilupakan bahwa di China, di bawah pemerintahan dinasti Han, dalam kedua abad sebelum tarikh Masehi, senjata masih terbuat dari perunggu dan bahwa besi baru saja diimport. Peradaban " Dongsonian " yang sama dengan Jaman Perunggu di Tongking dan di bagian utara Vietnam ( mengkin sekali pusat penyebaran nekara ), tidak meninggalkan apa -- apa yang dapat dianggap mendahului abad -- abad akhir sebelum tarikh Masehi. Setin Callenfels telah mengusulkan muncul perunggu di Indonesia pada sekitar tahun 600 SM dan di Nusantara pada sekitar tahun 300 SM.

Hampir selalu tidak ada masa peralihan antara Neolitik Akhir dan peninggalan -- peninggalan Hindu -- Budha awal. Di pantai Vietnam dan di Kamboja tidak ada apa -- apa antara situs -- situs Neolitik di Sa Huynh, di Semarong Sean, dan megalit di Xuan Loc, di satu pihak, dan monument -- monument awal di Champa dan di Kemboja di pihak lain. Pemukiman -- pemukiman Hindu -- Budah di Oc Eo ( Cochinchina ) dan Kuala Selinsing  ( Negeri Perak, disemenanjung Tanah Melayu ), di smaping ditemukan cap -- cap yang diukir nama -- nama dalam bahasa Sanskerta beraksara dari abad ke-2 sampai abad 5 M, telah megungkapkan adanya alat -- alat dari batu yang diumpam. Di Sulawesi, sebuah arca Budha dari perunggu dari tradisi Amaravati telah ditemukan di Sempaga di atas sebuah situs Neolitik. Maka tidaklah berlebihan bla dikaitkan bahwa masyarakat India Blekanag masih sepenuhnya berperadaban Neolitik Akhir ketika kebudayaan berlatar Brahmaisme  Buddhisme dari India datang bersentuhan dengannya.

Tetapi sentuhan itu bukan untuk pertama kalinya. Melihat bahwa tersebar luasnya tipe -- tipe kebudayaan yang disebut tadi dan terutama banyaknya manik -- manik kaca asal India yang ditemukan di situs Neolitik di Indochina dan di Nusantara, maka terbuktilah bahwa sudah sejak jaman Prasejarah terdapat hubungan maritim, tidak hanya antara pelbagi wilayah India Belakang, tetapi juga antara yang kawasan ini dengan India sendiri. Hal itu juga tampak jelas dari pengamatan Arthur M. Hocart dan Paul Paul Mus mengenai kemiripan sejumlah kepercayaan dasar dan ritus poko yang terdapat di seluruh Asia b yang berangin musim. Anatar India, jaman pra Aryana di satu pihak, dan Indochina dan Nusantara di pihak lain, rupanya terdapat suatu kesatuan kebudayaan yang terbukti dari peralatan dan kosakata.

Ada sementara orang yang berpendapat bahwa satu atau beberapa gelombang kelompok etnis yang berasal dari Indochina atau dari Kepulauan agaknya telah menyebar ke India sebelum kedatangan kelom orang Aryan. Ada pula yang sebaliknya berpendapat bahwa kelompok orang Dravidian atau kelompok orang Aryan yang masuk ke India dari arah barat laut, agaknya menggiring sampai ke India Timur dan Selatan penduduk pribumi yang kemudian mencapai Indochina dan Nusantara dan disana melangsungkan sejenis indianisasi awal yang ynag pra-Aryan, sedak=ngkan kelompok orang Austronesia telah meningalkan daratan untuk menghuni kepulauan. Untuk sementara sebaiknya janganlah kita mencoba memberi penjelasan yang terlalu tuntas, dan lebih baik kita memakai rumusyang diberikan dengan hati -- hati oleh tuan Jean Przyluski yang berpendapat bahwa " selama Jaman Perunggu yang kedua ( di Eropa ), Indochian telah masuk kawasan pengaruh suatu peradaban maritime yang mencakup Asia Tenggara dan Nusantara.

Apa pun asalnya, peradaban itu telah dibawa sampai ke Madagaskar oleh kelompok orang Austronesia, entah sebelum, entah sesudah mereka diindianisasikan. Peradabn itu mungkin juga telah menyentuh Jepun, karean sudah beberpa kali dilaporakna ada persamaan denga kawasan selatan berkenan dengan peralatan prasejarah, bahasa dan folklore.

Ada usulan komplek Asuto -- Asiatik dihubungkan dengan rumpun " Austronesoid " yang ciri khasnya adalah pemakaian busur, pelakasanaan matriarkat, dan kepercayaan -- kepercayaan yang menyembah totem. Klasifikasi yang terlalu sistematis hendaknya diragukan, seperti juga kerangka -- kerangka yang telalu kaku, yang ke dalamnya dipaksakan suatu kenyataan yang berubah -- ubah dan luwes. Metode ini dapat menimbulkan banyak kekeliruan. Meskipun begitu, di sini dapat dikemukakan bahwa ciri -- ciri khas peradabn pra -- Aryan itu rupa -- rupanya sebagai berikut : dari segi materil, pertanian bersawah, pemeliharan lembu dan kerbau, pemakaian logam secara sedeharna, kemahiran berlayar; dari segi sosial, pentingnya peran perempuan dan pertalian kekerabatan melalui garis ibu, organisasi sebagai akibat keperluan -- keperluan persawahan; dari segi keagamaan, animism, pemujaan leluhur dan dewa tanah, penempatan tempat ibdah di tempat tinggi, pemakaman di dalam tempayan atau dolmen; dari segi mitologi, " sifat ganda kosmologis yang mengenal gunung berlawanan denga laut, makhluk bersayap dengan makhluk yang hidup dalam air, orang gunung dengan orang pantai "; dari segi linguistic, pemakaian bahasa -- bahasa yang ceanderung membentuk istilah dengan awalan, akhiran, dan sisipan.

Kesatuan kebudayaan inilah yang mungkin sekali merupakan salah satu faktor yang telah mendorong bangsa China untuk merangkum pelbagai kelompok penduduk India Belakang itu dengan sebutan K'un-lun. Nama ini memang baru muncul pada masa sesudah indianisasi, maka orang dapat saja berpikir bahwa kesatuan kebudayaan yang diindianisasikan yang diungkapkan oleh istilah itu. Pendpaat itu kiranya dipakai mengingat bahwa orang China berbicara tentang " tulisan K'un-lun ", dan tulisan merupakan salah satu unsur pokok dari sumbangan India. Akan tetapi bila mereka berbicara tentang " bahasa -- bahasa K'un-lun " dan " pedagang dan perompak laut K'un-lun ", meraka rupanya memang menggunakan istilah itu untuk suatu kesatuan etno-linguistik. Kata K'un-lun telah ditafsirkan dengan berbagai cara. Dari penelitian Gabriel Ferrand tampaklah bahwa kata itu merupakan transkripsi dari beberapa istilah pribumi yang tidak dapat dibedakan pemakaiannya dalam bahasa China. Sylvain Levi berpendpaat bahwa kata itu adalah padanan dari ungkapan Sanskerta dvipantara, " masyarakat kepulauan ". Adapun Nicholaas J. Krom  mengemukakana kemunkinan persamaan K'un-lun = Malaya; dan hipotesis -- hipotesis mutakhir Ramesh C. Majumdar, dengan mengingat bahwa perbandingan -- perbandingan itu agak dangkal, agaknya sedemikian sifatnya hingga sedikit memantapkan pendapat itu, sebab diberikan kepada unsur " Melayu "  ( artinya unsur kebudayaan kelompok orang Astronesia yang telah berkembang setelh bersentuhan dengan orang asing asal kelompok Mongoloid ) tempat utama sebagi pembawa peradaban Austro -- Asiatik.

Jadi orang -- orang India telah berhadapan, bukannya dengan orang primitive yang tidak beradab, tetapi dengan masyarakat -- masyarakat yang teroranisir dan berperadaban ( terutama peradaban Dongson ). Peradaban -- peradaban ini mempunyai beberapa ciri yang sama dengan peradaban India, dan suatu gambaran kasar dari peradaban -- peradaban itu dapat diperoleh dari beberapa masyarakat terbelakang yang memenuhi pegunungan Indochina dan Semenanjung Tanah Melayu. Kesatuan yang tampak dari unsur -- unsurnya yang kita ketahui, dan yang unsur terpentingnya adalah bahasa, pasti menyembunyikan adanya keanekaragaman rs yang besar, betapa pun kesimpulan -- kesimpulan yang telah ditarik oleh Pastor Wilhelm Schmidt dari sementara hasil pengukuran tubuh manusia.

Kebudayaan Austro -- Asiatik telah mencakupi masyarakat -- masyarakat sambil meminjam atau menyerap beberapa unsur bendawi dan rohani dari mereka. Masih terdapat beberapa kelompok terpencil keturunan masyarakat itu. Apa yang sama -- sama dipunyai oleh pelbagai kelompok etnik di wilayah yang sedang ditilik dengan ini sering sekali berasal dari salah satu kelompok itu, atau dari suatu dasar kebudayaan yang sama dan yang sudah hilang. Dan pengamatan P. Rivet mengenai sifat -- sifat umum bahasa -- bahasa yang dinamakannya bahasa -- bahasa " Oceanian " rupanya dapat diterapkan tidak hanya pada bahasa, tetapi juga pada unsur -- unsur peradaban lainnya dari kompleks Austro -- Asiatik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun