Film Dad I Just Wanna Say Something merupakan sebuah film yang dibuat oleh mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia prodi Perfilman. Film ini di sutradarai oleh kang Upi dan kawan-kawannya dalam rangka memuni tugas kuliah. Kang Upi mengangkat film yang berjudul Dad I Just Wanna Say Something termotivasi dari keluarga dan lingkungan sekitar yang sangat banyak mempermasalahkan tentang perbedaan suku yang konon katanya jika dipersatukan akan menimbulkan mala petaka dan tidak bahagia dalam hubungan.
Alur cerita dari film Dad I Just Wanna Say Something sangat unik, film itu bercerita tentang Suku Sunda dan Suku Jawa, yang mana si perempuan merupakan suku Sunda dan si laki-laki suku Jawa yang menjalani hubungan dan ingin menuju ke jenjang yang lebih serius. Di kampung perempuan mempercayai bahwa jika suku Sunda dan suku Jawa bersatu maka hubungannya tidak akan bahagia, terlebih lagi ada ibu-ibu rempong yang selalu menggosipi siapa saja yang memiliki hubungan beda suku, salah satu dari ibu-ibu rempong tersebut sudah pernah menjalani hubungan berbeda suku dan dia berujung cerai dengan suaminya, sehingga si ibu tersebut selalu saja memprovokasi ke semua orang bahwa siapa saja yang menjalani hubungan berbeda suku maka tidak akan bahagia, padahal selain dia ada juga ibu-ibu pedagang di kampung tersebut yang menikah dengan beda suku tetapi memiliki keluarga yang harmonis dan bahagia.
Pada film ini bukan menceritakan tentang pendapat ibu-ibu rempong tersebut tetapi tentang sepasang perempuan dan laki- laki yang ingin berhubungan ke jenjang yang serius. Jadi mereka sudah menjalani hubungan pacaran sudah bertahun-tahun dan si perempuan menginginkan si pihak laki-laki datang kerumah untuk meminang dan menikahi si cewek, kemudian si laki-laki yang memang serius dari pertama menjalani hubungan-pun langsung mendatangi rumah pihak perempuan bersama keluarganya guna untuk meminang si perempuan, disini orang tua laki-laki perempuan mempercayai bahwa menjalani hubungan berbeda suku akan berakibat fatal dan tidak akan bahagia. Jadi saat pihak laki-laki datang kerumah perempuan dan saat kedua pihak keluarga berbicara terjadi ketidak setujuan dari pihak perempuan dikarekana laki-laki tersebut ber-suku Jawa, dan kemudian pihak lelaki pun pulang dengan tiada jawaban pasti diterima atau di tolak lamarannya.
Orang tua perempuan tidak merestui hubungan mereka yang akhirnya membuat perempuan tersebut kecewa dikarekan orang tuanya yang masih mempercayai mitos-mitos tersebut, sehingga perempuan tersebut marah dan kecewa dengan orang tuanya dan dia mogok makan untuk mendapatkan restu dari orang tuanya. Seiring berjalan waktu si bapak perempuanpu akhirnya mempertimbangkan kembali keputusannya demi kebahagian anak perempuannya, dan lagi pun laki-laki yang berniat melamar anaknya itu sudah terbukti merupakan anak baik-baik. Sehingga bapak si perempuan ini pun menyetujui hubungan mereka dan menyuruh pihak laki-laki tersebut datang kembali kerumahnya untuk mendiskusikan lebih lanjut hubungan mereka, setelah persetujuan tentang perbedaan suku kemudian ada permasalahan lain lagi yaitu tentang adat dari suku apa yang akan digunakan saat resepsi, dan itu pun terselesaikan. Setelah menikah laki-laki dan perempuan ini membuktikan bahwa menikah dengan suku yang berbeda tidak selalu membawa keburukan, buktinya mereka bahagia dan hidup dengan berkecukupan.
Dari cerita diatas dapat dilihat bahwa berhubungan bebeda suku tidak akan membuat tidak bahagia selama saling mencintai dan saling berusaha. Tetapi jika ada yang mempercaya bahwa hubungan beda suku itu tidak bagus juga tidak disalahkan, karena kepercayaan tersebut memiliki sejarahnya yang mana kerajaan zaman dulu yang berakhir tragis dan meninggalkan jejak dan prinsip bahwa jika suku Sunda dan suku Jawa tidak bisa disatukan. Jika ada yang mempercayai bahwa itu mitos-pun tidak masalah karena setiap kita manusia mempunyai hak masing-masing untuk mempercayai apa saja.
Dalam film Dad I Just Wanna Say Something ini sangat banyak mengajarkan makna-makna budaya yang unik terutama bagi saya yang memang belum mengetahui tentang suku-suku tersebut. Film ini sangat cocok untuk edukasi tentang kebudayaan dan tidak membosankan saat di tonton dikarenakan ada mengandung unsur-unsur komedinya. Penilain saya tentang film ini sangat luar biasa untuk karya mahasiswa yang masih belajar. Mungkin untuk kekurangan film ini yaitu dalam penggunaan bahasanya, bahasa yang digunakan khusus yaitu bahasa sunda mereka tidak menggunakan bahasa umum seperti bahasa Indonesia agar kami para penonton yang tidak memahami bahasa sunda tidak bisa merasakan lebih dalam makna dari film tersebut, tetapi masih bersyukur walaupun menggunakan bahasa sunda film ini menyediakan translate kedalam bahasa Indonesia.
(Dokumentasi bersama sutradara dan pembuat naskah Film)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H