Apa yang terlintas di pikiran kalian jika mendengar kata maido? Yang orang Jawa pasti paham. Tapi yang bukan orang Jawa gapapa, kita belajar bersama.
Maido berasal dari bahasa Jawa. Kata dasarnya ialah paido yang artinya hujatan. Sedangkan maido adalah kata aktif yang berarti menghujat. Lalu apa maksud dari maido hasanah? Sabar, baca sampai akhir, jangan maido dulu, hehehe.
Jadi gini, maido hasanah sebenarnya dua kalimat hasil pelencengan dari kata mau'idhoh hasanah.
Kita bahas dulu dari mau'idhoh hasanah-nya. Mau'idhoh artinya nasihat. Nasihat adalah salah satu ajaran agama yang terhitung sangat penting. Karena hal tersebut berdampak besar bagi kemajuan kehidupan kita. Baik dari segi agama, sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya.
Hanya saja bukan sekedar nasihat. Zaman sekarang siapa yang tak bisa memberi nasihat? Malah berlomba-lomba untuk menjadi penasihat ya kan? Hahaha.
Selain kata mau'idhoh yang berarti nasihat,terdapat kata hasanah yang artinya baik. Dalam bahasa arab terdapat banyak kosakata yang maknanya adalah kebaikan. Ada kata ma'ruf, khoir, al birr termasuk ihsan/hasanah. Namun untuk menjelaskannya akan sangat panjang sekali. Singkatnya mau'idhoh hasanah adalah nasihat yang baik.
Banyak cara untuk bermau'idhoh hasanah. Bisa melalui person to person. Atau person to people. Contohnya, kita menasihati teman secara personal. Atau bisa disampaikan melalui ceramah. Maka dari itu banyak yang menyebutkan mau'idhoh hasanah sama dengan ceramah agama.
Hal tersebut ada benarnya. Ceramah agama mestilah berisi nasihat yang baik bagi penceramah dan pendengarnya. Tidaklah dapat dikatakan baik jika ceramah agama berisi cacian dan sesuatu yang menyinggung perasaan pendengarnya.
Sampai disini,sudah mulai ada kejelasan. Kita bisa ambil ambil kesimpulan bahwa mau'idhoh dan maido mempunyai arti yang bertentangan. Maka muncul pertanyaan, lalu kenapa kata mau'idhoh dipelencengkan menjadi maido? Akan dibahas di paragraf selanjutnya. Sabar, jangan maido dulu, hehehe.
Untuk jawaban dari pertanyaan tersebut, kita bisa melihat di beberapa media sosial kita. Misalnya di youtube. Banyak chanel youtube isi postingannya bersifat provokatif.
Contohnya, ada postingan dengan judul yang bertuliskan "Gemetaran! Tak Terima Gus Miftah dikafir-kafirkan, Gus Baha' Turun Tangan Ceramahi UAS". Padahal di dalamnya bukan seperti yang disampaikan di judul. Hanya saja video masing-masing muballigh digabungkan. Hingga seakan-akan Gus Baha' memang membela Gus Miftah dan menceramahi UAS (Ustadz Abdul Somad).