Mohon tunggu...
Bung Soh
Bung Soh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Zamzam Qodri

Panggil saja Zamzam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Benarkah Zuhud Harus Miskin?

24 November 2021   17:11 Diperbarui: 24 November 2021   18:07 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Analogi sederhana yang bisa dipakai adalah ibarat orang yang tahu bahwa 100 juta lebih besar nilainya daripada 100 ribu, maka ia memilih yang 100 juta.

Zuhud Al-'Arifin adalah zuhudnya para nabi dan para wali. Zahid yang berada pada tingkatan ini, mereka akan sibuk mendekatkan diri kepada Allah. Tapi bukan berarti mereka yang selalu ada di masjid tanpa bekerja. 

Tapi semua yang ada di dunia, mereka dedikasikan untuk kepentingan akhirat (Addunya mazra'atul akhirah). Dan pada tingkatan ini mereka juga benar-benar tidak menganggap dunia sangat penting, bahkan lebih mengarah pada dunia adalah tipuan (Wamal hayatuddunya illa mataku ghurur).

Analogi yang bisa dipakai adalah ibarat orang tahu dan mengerti perbedaan emas dan tanah. Mereka juga tahu yang bisa digunakan sebagai alat tukar adalah emas. Meskipun emas digali dalam tanah, ia tidak akan mengambil tanahnya, tetapi emasnya. Untuk lebih memurnikan emas yang didapat dari penggalian, mereka akan membersihakan tanah yang ada di bagian tertentu dari emas.

Oleh karena itu, kekayaan dan kemiskinan bukan menjadi tolok ukur zuhud atau tidaknya seseorang. Yang terpenting tujuan utamanya adalah untuk kepentingan akhirat. Dan mustahil jika tujuannya akhirat tanpa melalui proses beramal di dunia.

Baik itu pengusaha sukses, pejabat, bahkan seorang Kiai yang kaya, bisa jadi mereka zuhud selama mereka tidak rakus terhadap hal-hal duniawi yang fana. Meninggalkan kepentingan dunia dengan artian dunia hanya sebatas sebagai ladang memanam kebaikan untuk menuai hasil baik di akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun