Mohon tunggu...
Zalia Fatika Rahma
Zalia Fatika Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Gizi S1 Universitas Muhammadiyah Surakarta

ISTJ-T

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Cegah Diabetes Sejak Dini

14 Januari 2024   03:05 Diperbarui: 16 Januari 2024   17:18 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Diabetes Melitus  sering disebut penyakit yang diam-diam mematikan, karena penyakit ini tidak menunjukkan tanda tanda yang jelas pada awal gejala, sehingga  kebanyakan orang tidak menyadari terkena penyakit ini, dan baru  menyadarinya  ketika sudah memasuki kondisi yang serius, seperti komplikasi. Oleh karena itu, agar tidak terjadi komplikasi yang serius dan menyebabkan hal yang fatal, maka penting dilakukan pencegahan sejak dini. Diabetes Melitus (DM) bagi orang awam dikenal dengan istilah kencing manis. Diabetes Melitus merupakan kondisi kronis dimana ditandai dengan kenaikan kadar glukosa darah. Hal ini terjadi karena hormon insulin tidak dapat mengedarkan glukosa yang ada di pembuluh darah ke dalam sel-sel tubuh untuk diubah menjadi energi. Diabetes melitus (DM) tidak hanya merupakan penyakit yang mengganggu metabolisme tubuh, namun juga merupakan masalah kesehatan global yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan. Seiring berjalannya waktu dan perubahan gaya hidup, prevalensi diabetes meningkat secara signifikan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Saat ini, usia atau gender tidak lagi penting bagi penderita diabetes. Diabetes melitus dapat didiagnosis pada siapa saja, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Faktor genetik juga berpengaruh pada penyakit ini. Seseorang yang memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus dalam keluarganya memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit ini dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat penyakit tersebut.

Tiga tanda khas diabetes adalah sering buang air kecil, sering merasa haus, dan sering merasa lapar. Jika salah satu dari ketiga tanda tersebut terjadi, atau bahkan ketiganya, maka memeriksakan gula darah sangat diharuskan. Selain ketiga tanda tersebut, penurunan berat badan secara drastis, mengalami gangguan penglihatan, sering mengalami kesemutan baik di tangan dan kaki, dan memiliki luka yang sulit disembuhkan merupakan ciri-ciri gejala diabetes yang harus diperhatikan. Oleh karena itu, dianjurkan untuk rutin dalam Medical Check Up (MCU).

Penyakit diabetes dapat menyebabkan banyak komplikasi, seperti peningkatan kadar gula darah yang tidak terkontrol dan kerusakan organ dan sel. Kemudian terjadi kerusakan mata yang menyebabkan kebutaan, kerusakan ginjal yang menyebabkan gagal ginjal, kerusakan saraf yang menyebabkan kehilangan rasa, terutama pada kaki. Diabetes juga meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah dan penyakit jantung. Oleh karena itu, pentingnya upaya pencegahan tidak bisa diabaikan.

Secara umum, terdapat berbagai jenis diabetes yang masing-masing memiliki karakteristik, penyebab, dan pengobatan yang berbeda-beda. Misalnya saja diabetes tipe 1 yang disebabkan oleh kerusakan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Gejala khas yang dialami penderita diabetes tipe 1 seperti rasa haus yang berlebihan, penurunan berat badan secara tiba-tiba, dan kelelahan. Pengobatan DM tipe 1 memerlukan pemberian insulin melalui suntikan atau pompa insulin untuk mengatur kadar gula darah. Diabetes tipe 2, bentuk diabetes  paling umum, sering dikaitkan dengan resistensi insulin dan gaya hidup  yang tidak sehat. Gejalanya sangat bervariasi, antara lain kelelahan, buang air kecil berlebihan (poliuria), dan luka yang sulit disembuhkan. Pengobatan DM tipe 2 dengan mengubah pola makan, meningkatkan aktivitas fisik, dan mungkin mengonsumsi obat antidiabetes. Diabetes Gestasional terjadi selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi bagi ibu dan anak. Gejalanya mirip dengan jenis diabetes lainnya dan meliputi mulut kering dan buang air kecil berlebihan, keberadaan diabetes ini biasanya mereda setelah lahir. Pemantauan selama kehamilan dan perawatan pasca kelahiran sangat penting untuk pengobatan Diabetes Gestasional. Selain ketiga tipe utama tersebut, ada juga diabetes monogenik yang disebabkan oleh kelainan genetik yang mempengaruhi produksi insulin. Orang yang terkena penyakit ini biasanya mengalami gejala yang mirip dengan tipe 1 atau tipe 2, namun penyebabnya adalah genetik. Sebaliknya, diabetes sekunder terjadi sebagai komplikasi penyakit lain, seperti pankreatitis, gangguan hormonal, atau penggunaan obat-obatan tertentu. Memahami karakteristik masing-masing jenis diabetes memungkinkan diagnosis dan pengobatan yang lebih tepat tergantung pada penyakitnya.

Secara umum, terdapat beberapa jenis diabetes yang memiliki perbedaan dalam karakteristik, penyebab, dan metode pengobatan. Contohnya, diabetes tipe 1 berasal dari kerusakan sel pankreas yang menghasilkan insulin, dan pengobatannya melibatkan pemberian insulin eksternal. Di sisi lain, diabetes tipe 2, yang merupakan jenis diabetes yang paling umum, sering terkait dengan resistensi insulin dan faktor gaya hidup, dapat diatasi melalui perubahan pola makan, peningkatan aktivitas fisik, dan kadang-kadang menggunakan terapi obat. Diabetes gestasional, yang terjadi selama kehamilan, memerlukan pemantauan khusus. Jenis diabetes lainnya, seperti diabetes monogenik yang disebabkan oleh kelainan genetik, dan diabetes sekunder yang timbul akibat efek penyakit atau obat, juga ada. Setiap jenis diabetes memerlukan pendekatan spesifik dalam proses diagnosis, pengobatan, dan pencegahan. Jika terdapat satu atau lebih gejala diabetes, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan pengobatan khusus sebelum terjadinya komplikasi.

Diabetes Melitus merupakan suatu kondisi yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikelola dengan baik melalui Medical Check Up (MCU) untuk memantau kadar gula darah, menerapkan pola makan dengan 3J, yaitu Jam, Jumlah, dan Jenis. Untuk penderita penyakit diabetes, dapat menerapkan diet 3J ini dengan mengatur jam makan. Jam makan dapat diatur dengan 3 jam makan utama, dan 3 jam selingan. Contohnya; Sarapan jam 07.00, selingan jam 10.00, makan siang jam 13.00, selingan  jam 16.00, makan malam jam 19.00, dan selingan  jam 22.00. Kemudian untuk jumlah nya yaitu disesuaikan dengan kebutuhan harian masing-masing individu, dianjurkan untuk mengurangi jumlah porsi makan, tetapi dalam waktu yang sering. Dan untuk jenis makanan apa yang dianjurkan untuk dikonsumsi dan apa yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi dapat dikonsultasikan kepada Ahli gizi.

Salah satu cara yang sering diabaikan untuk menjaga keseimbangan antara makanan yang  masuk dan makanan yang keluarkan dari tubuh adalah berolahraga selama minimal 150 menit per minggu. Berolahraga tidak hanya dapat mengontrol gula darah tetapi juga mempercepat metabolisme tubuh secara teratur, yang merupakan komponen penting dalam pengobatan diabetes melitus. Pertambahan berat badan sering dikaitkan dengan resistensi insulin, penyebab utama diabetes tipe 2. Akibatnya, langkah pencegahan yang sangat penting adalah mempertahankan berat badan ideal melalui kombinasi pola makan yang sehat dan berolahraga secara teratur.

Tantangan terberat dalam pencegahan diabetes melitus masyarakat modern saat ini yaitu pola makan yang berbasis pada makanan fast food, makanan yang mengandung banyak gula dan lemak trans merupakan faktor risiko utama  peningkatan  diabetes. Oleh karena itu, edukasi tentang pentingnya pola makan seimbang dan asupan makanan yang tepat sangatlah penting. Ini bukan hanya tentang apa yang dimakan, tetapi juga tentang cara menyiapkan makanan  sehat dan menghindari penggunaan bahan-bahan tambahan seperti gula, garam berlebih, dan lemak trans.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengedukasi masyarakat tentang dampak kebiasaan makan yang tidak sehat dan dampak kesehatan dari diabetes sangatlah penting untuk memutuskan rantai prevalensi peningkatan diabetes di masyarakat. Melalui kampanye, penyuluhan, dan seminar,  individu dapat dididik tentang pentingnya memilih makanan yang rendah gula, tinggi serat, dan rendah lemak. Selain itu, sangat penting untuk mengetahui indeks glikemik makanan, yang menunjukkan seberapa cepat makanan meningkatkan gula darah. Upaya ini memungkinkan individu untuk dapat memilih makanan secara bijak.

Peran pemerintah sangat penting dalam upaya pencegahan diabetes melitus. Terakhir, tetapi tidak kalah pentingnya, kerjasama antar stakeholder juga penting dalam pencegahan diabetes melitus. Melalui kerja sama antara pemerintah, lembaga kesehatan, lembaga masyarakat, dan lembaga sipil, program pencegahan diabetes melitus dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan komprehensif. Kebijakan pemerintah yang mendukung pola makan sehat, pengendalian harga pangan, dan mendorong gaya hidup sehat dapat berdampak positif dalam pencegahan diabetes melitus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun