Mohon tunggu...
Zalghiffary Zjarcasy
Zalghiffary Zjarcasy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Indonesia

Saya merupakan mahasiswa Sarjana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Universitas Indonesia. Cabang ilmu dari K3 yang saya sukai yaitu safety, human factors, dan industrial hygiene.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rahasia Penyebaran Covid-19 di Ruangan

12 Desember 2023   22:39 Diperbarui: 13 Desember 2023   15:21 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Muhammad Arzumar Afzaal Ghiffari dan Zalghiffary Zjarcasy

Pandemi COVID-19 menjadi momok yang menakutkan di pandangan masyarakat dunia. Hal tersebut dapat terjadi karena COVID-19 merupakan salah satu penyakit yang mudah menular, yaitu melalui droplet atau partikel yang ada di udara. Penyebaran COVID-19 terjadi melalui partikel dan droplet di udara. Seseorang yang terinfeksi COVID-19 dapat melepaskan partikel dan droplet yang mengandung virus SARS CoV-2 ke udara saat mereka menghembuskan napas (misalnya bernapas biasa, berbicara, bernyanyi, berolahraga, batuk, dan bersin). Droplet atau partikel aerosol memiliki berbagai ukuran, mulai dari yang terlihat hingga mikroskopis. Ketika orang yang terinfeksi virus SARS CoV-2 menghembuskan napas, droplet yang ikut keluar berkemungkinan membawa virus dan menular. Di dalam ruangan, droplet dan partikel yang sangat kecil akan terus menyebar melalui udara di dalam ruangan dan dapat terakumulasi.

COVID-19 ditransmisikan melalui kontak dengan cairan pernapasan yang mengandung virus SARS CoV-2, sehingga seseorang dapat tertular ketika penderita COVID-19 berbicara atau batuk di dekatnya. Seseorang juga dapat tertular ketika bernapas di udara yang mengandung partikel aerosol yang menyebar dari penderita COVID-19. Partikel-partikel tersebut juga dapat bertahan di udara hingga beberapa jam setelah seseorang meninggalkan ruangan.

Pandemi COVID-19 telah memunculkan kekhawatiran yang mendalam di seluruh dunia sejak pertama kali dilaporkan. Penyakit ini terbukti sangat menular, dengan penularan utama melalui droplet pernapasan dan partikel udara yang mengandung virus SARS-CoV-2. Faktor ini membuat pentingnya peran kualitas udara dalam ruangan dalam penyebaran penyakit ini semakin ditekankan. 

Berdasarkan hasil penelusuran dan dilansir dari Environmental Protection Agency, COVID-19 dapat menyebar di dalam ruangan melalui partikel di udara dan droplet yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi saat mereka mengeluarkan napas, berbicara, bernyanyi, berolahraga, batuk, atau bersin. Tetesan ini dapat bervariasi ukurannya dan dapat tetap berada di udara selama berjam-jam, menyebar ke seluruh ruangan atau ruang dalam ruangan. Penularan COVID-19 dari menghirup virus di udara dapat terjadi pada jarak lebih dari enam kaki. Risiko penularan melalui udara lebih tinggi di area dengan aliran udara (ventilasi) buruk atau area dalam ruangan yang ramai. Virus juga dapat menyebar jika seseorang menyentuh mata, hidung, atau mulutnya setelah menyentuh permukaan atau benda yang terdapat virus di dalamnya. 

Kualitas udara dalam ruang dapat sangat memengaruhi risiko penularan COVID-19. Ruang yang kurang ventilasi atau memiliki sirkulasi udara yang buruk dapat memungkinkan konsentrasi virus yang tinggi dalam udara dalam ruangan. Selain itu, droplet pernapasan yang dilepaskan oleh individu yang terinfeksi dapat tetap bertahan dalam udara dalam ruangan dalam jangka waktu yang lebih lama jika ventilasi tidak memadai. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana kualitas udara dalam ruangan dapat memengaruhi risiko penularan COVID-19 dan bagaimana tindakan yang tepat dapat diambil untuk mengurangi risiko ini.

Untuk mencegah penyebaran COVID-19 di dalam ruangan perlu dilakukan peningkatan kualitas udara dalam ruangan dengan mengencerkan, mencampur, dan menyaring udara. Hal ini dapat dicapai melalui penggunaan sistem HVAC, pembersih udara, dan bukaan jendela untuk meningkatkan sirkulasi udara. menggunakan alat pemantau karbon dioksida (CO2) untuk menilai ventilasi dan kualitas udara, karena peningkatan kadar CO2 dapat mengindikasikan buruknya ventilasi. Penggunaan sistem penyaringan udara, seperti filter HEPA, untuk menghilangkan partikel di udara dan meningkatkan kualitas udara dalam ruangan. Meningkatkan sirkulasi  udara dengan mendorong sirkulasi udara di dalam ruangan untuk mengurangi penumpukan aerosol, yang dapat membantu mengurangi penyebaran COVID-19. Mengikuti rekomendasi kesehatan masyarakat, seperti memakai masker, menjaga jarak fisik, dan mempraktikkan kebersihan tangan yang baik, untuk melengkapi upaya meningkatkan kualitas udara dalam ruangan. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, risiko penularan COVID-19 melalui udara dalam ruangan dapat dikurangi sehingga menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi penghuninya.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun