Mohon tunggu...
Zalfa Thohiroh
Zalfa Thohiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Universitas Brawijaya

Halo! Saya zalfa, seorang mahasiswa yang memiliki minat besar dalam pendidikan dan kehidupan. Di blog ini, saya berbagi artikel tentang beberapa topik. Dengan latar belakang di jurusan Ilmu Komunikasi, saya berkomitmen untuk memberikan konten yang informatif dan inspiratif. Terima kasih telah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengejar Kebahagiaan Sejati Bagaimana Eudemonisme dan Etika Komunikasi dapat Mengubah Kehidupan Kita

1 Juni 2024   21:20 Diperbarui: 1 Juni 2024   21:38 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, etika komunikasi menasehati kita untuk mempertimbangkan konsekuensi dari kata-kata kita. Sangat mudah untuk meremehkan kekuatan sebenarnya dari kata-kata kita di era digital, ketika layar sering digunakan sebagai media komunikasi. Untuk berkomunikasi secara etis, kita harus mempraktekkan kesadaran dan mengingat dampak dari kata-kata kita terhadap orang lain. 

Dengan sadar, kita dapat menghindari rasa sakit hati yang tidak perlu dan sebaliknya mendorong dan mengangkat orang lain dengan kata-kata kita. Membangun karakter dan menemukan kepuasan batin adalah tujuan eudemonis yang sejalan dengan penggunaan komunikasi yang konstruktif ini.

Selain hubungan yang dekat, eudemonisme dan etika komunikasi saling terkait dalam interaksi sosial kita yang lebih luas. Dalam kehidupan kerja kita, komunikasi yang beretika dapat meningkatkan kolaborasi, kerja sama tim, dan suasana keseluruhan di tempat kerja. Hal ini dapat menumbuhkan kolaborasi dan pemahaman dalam komunitas kita, sehingga menghasilkan masyarakat yang lebih damai. 

Dengan menempatkan prioritas tinggi pada komunikasi bermoral, kita dapat mendukung pengembangan budaya yang menghargai hubungan yang mendalam dan pengembangan individu, yang pada akhirnya akan meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan di antara semua anggota masyarakat.

Pencarian eudaimonia melalui komunikasi moral juga mempengaruhi hubungan kita dengan diri kita sendiri. Refleksi diri yang jujur dan belas kasihan diri adalah komponen penting dari komunikasi diri yang etis. Hal ini mencakup penilaian atas kelebihan dan kekurangan kita, menetapkan tujuan yang masuk akal, dan memperlakukan diri kita sendiri dengan kebaikan ketika menghadapi kesulitan. 

Untuk pemenuhan batin dan pengembangan pribadi, penting untuk memiliki kesadaran diri dan penerimaan diri ini. Kita dapat lebih memahami keinginan dan tujuan kita dengan mengembangkan hubungan yang positif dengan diri kita sendiri, yang membuka pintu menuju kehidupan yang lebih memuaskan.

Singkatnya, kombinasi dari etika komunikasi dan eudemonisme memberikan fondasi yang kuat untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Di luar pengejaran kesenangan sesaat dan menuju perasaan puas yang lebih dalam dan lebih abadi, kita dapat berfokus pada pengembangan karakter kita dan membangun hubungan yang bermakna melalui percakapan yang terbuka, sopan, dan empatik. 

Mengadopsi nilai-nilai ini dapat merevolusi hidup kita dan membantu kita mencapai kebahagiaan sejati yang datang dari menjalani kehidupan dengan rasa makna dan tujuan yang mendalam dalam masyarakat yang seringkali mengutamakan hubungan di permukaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun