Mohon tunggu...
Zalfa Thohiroh
Zalfa Thohiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Universitas Brawijaya

Halo! Saya zalfa, seorang mahasiswa yang memiliki minat besar dalam pendidikan dan kehidupan. Di blog ini, saya berbagi artikel tentang beberapa topik. Dengan latar belakang di jurusan Ilmu Komunikasi, saya berkomitmen untuk memberikan konten yang informatif dan inspiratif. Terima kasih telah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengejar Kebahagiaan Sejati Bagaimana Eudemonisme dan Etika Komunikasi dapat Mengubah Kehidupan Kita

1 Juni 2024   21:20 Diperbarui: 1 Juni 2024   21:38 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era digital yang terus berubah, di mana kepuasan yang cepat sering kali lebih diutamakan daripada keterlibatan yang bermakna, konsep filosofis eudemonisme menghadirkan pandangan baru dalam mencapai kebahagiaan sejati. Konsep eudemonisme, yang berasal dari istilah Yunani yaitu "eudaimonia" yang menyatakan bahwa menjalani kehidupan yang sangat bermakna dan memuaskan adalah jalan menuju kebahagiaan sejati daripada hanya sekedar mengejar kesenangan yang bersifat sementara. 

Kebijaksanaan kuno ini mendorong kita untuk hidup sesuai dengan potensi penuh yang kita miliki dan membangun hubungan yang bermakna, dan ini menunjukkan bahwa bagian penting dari perjalanan ini adalah memiliki komunikasi yang beretika.

Pada dasarnya, eudemonisme memprioritaskan pengembangan karakter dan pencarian kepuasan batin. Eudemonisme mempromosikan cara hidup di mana kebahagiaan diperoleh dari mencapai potensi penuh seseorang dan mengembangkan hubungan yang tulus dengan orang lain, bukan hanya dari ada atau tidak adanya kesedihan atau kesenangan.

 Gagasan ini sangat kontras dengan kecenderungan hedonis masyarakat modern, yang sering mengaitkan kebahagiaan dengan kepuasan instan. Eudemonisme mendorong kita untuk melihat lebih jauh ke dalam dan mengejar perasaan puas yang lebih mendalam dan tahan lama. Meskipun sama-sama bertujuan mencari kebahagiaan eudemonisme dan hedonisme memiliki makna yang berbeda. 

Tidaklah mungkin untuk melebih-lebihkan pentingnya etika komunikasi dalam mencapai eudaimonia. Dasar dari hubungan yang efektif dan pengembangan pribadi adalah komunikasi yang beretika. Hal ini memerlukan kebajikan seperti integritas, empati, rasa hormat, dan kualitas dalam suatu kejujuran yang diperlukan untuk menumbuhkan rasa saling pengertian dan kepercayaan. Mengikuti etika komunikasi dapat membantu kita agar dapat menavigasi dunia disinformasi dan pertemuan yang dangkal menuju hubungan yang lebih bermakna dan memuaskan.

Jujur adalah salah satu nilai inti dari etika komunikasi. Dalam kerangka eudemonisme, mengatakan yang sebenarnya berarti bersikap tulus dan terbuka dalam komunikasi kita serta menahan diri untuk tidak berbohong. Bersikap tulus membangun kepercayaan, yang sangat penting untuk kemitraan yang bermakna dan bertahan lama. 

Ketulusan dalam komunikasi menginspirasi orang lain untuk bersikap tulus dan transparan karena hal ini memungkinkan mereka melihat diri kita yang sebenarnya. Transparansi di kedua belah pihak dapat menghasilkan hubungan yang lebih dalam dan lebih bermakna yang meningkatkan kehidupan kita dan membuat kita menjadi orang yang lebih bahagia secara keseluruhan.

Komunikasi yang etis membutuhkan empati dan rasa hormat. Menghormati orang lain berarti menghargai sudut pandang mereka dan mengakui nilai individu mereka. Memahami dan merasakan emosi orang lain memerlukan empati, yang dapat menutup kesenjangan pengetahuan dan menciptakan ikatan yang lebih erat. 

Praktik menghormati dan empati dapat mengubah hubungan kita dan menjadikannya lebih bermakna dan mendukung dalam mengejar eudaimonia. Percakapan yang bermakna dapat berkembang ketika kita mendengarkan dengan penuh empati dan berkomunikasi dengan penuh rasa hormat. 

Karena sebenarnya yang paling penting dalam suatu hubungan itu bukan hanya sekedar 'komunikasi' akan tetapi 'mutual understanding'. Akan menjadi masalah baru ketika seseorang hanya mendengarkan tapi tidak mengerti di satu sisi orang lain justru akan merasa tidak didengar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun