Nama lengkap embah adalah Ibu Hj Utin Kuswiti, nama kecil nya suka dipanggil Engkus. Embah adalah perempuan yang kuat, tangguh, cantik, tegas, mandiri, pintar, dan disiplin. Embah lahir pada tanggal 4 Oktober 1945, anak perempuan pertama dari keluarga kaya yang hidup di desa Kuningan, Jawa Barat, mempunyai cita-cita bekerja dan merantau ke kota Jakarta. Beliau wafat di Jakarta pada tanggal 22 Februari 2022 dini hari di rumah sakit Haji Jakarta.Â
Walaupun orang tua embah berpenghasilan cukup di desa dengan mempunyai banyak sawah dan lumbung padi beras, tetapi embah mempunyai jiwa bisnis yang tinggi. Ide embah mulai berjualan tahu sejak pagi setelah subuh dengan berjalan kaki dari pabrik tahu kemudian berkeliling menawarkan jualan ke setiap penduduk desa.Â
Embah tertawa saat menceritakan suatu hari jualannya tidak ada yang beli kemudian menangis sampai rumah, orang tua embah bertanya-tanya sambil merasa kasihan kemudian jualan tahu embah dibeli sama orang tua embah. Embah jualan karena ingin mendapat uang sendiri untuk membeli sepatu, padahal orang tua embah bisa membelikannya.
Embah termasuk siswa yang pintar di sekolah desa jenjang SD sehingga berhasil melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP di kota Kuningan yang letaknya cukup jauh dari desa. Tekad embah sangat tinggi. Bersama sahabatnya, beliau pergi ke kota dengan menumpang tinggal di rumah paman nya. Setelah lulus SMP, embah melanjutkan pendidikan ke sekolah keguruan dan merantau pergi ke kota Jakarta.Â
Embah sangat suka bercerita di ruang tengah sambil menonton sinetron kesayangan nya. Kami sering mendengarkan sekaligus tertawa, kadang ikut sedih dan terharu. Cerita nya cukup beragam mulai dari pengalaman masa muda, kisah cinta embah, perjuangan embah setelah menikah, ketika abah wafat, penghargaan guru teladan dan kepala sekolah terbaik.
Masa muda embah lebih banyak dihabiskan di desa, berteman dengan orang kampung, pernah ikut menangkap ikan di sungai sampai alat nya hanyut terbawa arus, suka dengan makanan aneh tradisional yang sangat sederhana seperti singkong rebus. Embah kurang suka jajanan yang mengandung MSG seperti mie, beliau lebih suka memasak sendiri dengan bumbu asli. Jangan tanya rasa masakan nya seperti apa, selalu nikmat dan sehat.Â
Kebiasaan anak kampung sepertinya sudah melekat dalam jiwa nya. Jauh dari kata mengenal teknologi. Untuk komunikasi, embah hanya tahu pakai telepon rumah, nomor kontak yang disimpan dan dicatat rapi pada buku telepon nya lebih banyak kerabat di desa kuningan. Dengan bahasa logat sunda yang tidak aku mengerti rasanya terdengar aneh tapi lucu, berjam-jam lamanya berdiri kadang duduk sambil memegang gagang telepon, ada saja topik yang dibicarakan.
Rumah embah sangat luas untuk bermain dengan saudara sepupu, mempunyai halaman depan berupa kebun, pohon, kandang burung, dan tanaman hias, sedangkan halaman belakang diisi garasi motor dan mobil. Hampir setiap liburan keluarga besar dari ibuku bertemu disana menemukan kehangatan bertanya kabar, kadang saudara sepupu kami berantem adu mulut saat ia kalah dalam permainan petak umpet, ABCD 5 dasar, hompimpa, osom, kartu kartun, dan banyak hal lucu lainnya.
Petak umpet biasa dilakukan di ruang tengah, dengan hompimpa kami menentukan siapa yang kalah akan menutup mata sambil menghitung mundur, aku bersembunyi di dalam lemari baju, di balik pintu kamar, kolong kasur, kamar mandi, kolong meja, sampai kamar paling belakang atau halaman rumah. Permainan ABCD 5 dasar tidak kalah serunya, kami hanya menyiapkan kertas dan pulpen atau dengan jari menghitung dari A, B, C, D, dan seterusnya kemudian menyebut nama negara atau buah yang berawalan dari huruf tersebut, yang tidak bisa jawab akan kena hukuman. Osom adalah permainan paling seru, cara nya dengan menumpuk tangan kami secara bergantian melalui hompimpa atau suit, jika tangan paling bawah sama dengan tangan yang kalah paling atas maka ia wajib memukul semua tumpukan tangan. Kami semua spontan teriak gila saat kena pukulan haha. Saat itulah, embah datang dan menegur kami jangan berisik.
Aku adalah cucu ke empat tertua dari sembilan saudara sepupu lainnya, tetapi sepupu terdekat ku hanya bertiga yaitu Kak Ayi dan Rasya karena sering menginap, jadi kami bermain berempat dengan adikku. Cucu embah yang paling tua adalah Mas Icad dan A Kiki. Embah sangat sayang dengan semua anak dan cucu-cucu nya. Setiap lebaran, embah selalu masak sayur papaya muda, ketupat, semur daging, membuat kue nastar, kue lapis, bolu pisang, dan masih banyak lainnya.  Aku dan saudara sepupu suka membantu di dapur, tak jarang kami mengambil isian nastar berupa manisan nanas tanpa sepengetahuan embah, manis rasa nya. Kami juga membantu melipat daun untuk membuat ketupat, mengisi beras sampai ¾ penuh, sambil mendengarkan embah cara memasak yang enak.