Mohon tunggu...
Zalfa Atiqah Putri Felisa
Zalfa Atiqah Putri Felisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang membaca dan memberikan informasi mengenai kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Pola Makan dan Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2

14 Juli 2024   16:00 Diperbarui: 14 Juli 2024   16:21 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Diabetes merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh tingginya gula darah dalam tubuh karena tubuh tidak dapat memproduksi insulin atau menggunakan insulin secara efektif. Pengaruh faktor genetik terhadap penyakit ini terlihat jelas pada banyaknya penderita diabetes yang memiliki orang tua yang pernah menderita diabetes sebelumnya. Diabetes tipe 2 sering disebut diabetes gaya hidup. Wanita memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan pria karena secara fisik wanita mempunyai peluang lebih besar untuk meningkatkan indeks massa tubuhnya. (Kemenkes, 2022b)

Pada tahun 2021, lebih dari setengah miliar orang di seluruh dunia akan menderita diabetes, tepatnya 537 juta orang, dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 643 juta pada tahun 2030 dan 783 juta pada tahun 2045. Selain besarnya jumlah penderita diabetes, pada tahun 2021 diperkirakan terdapat sekitar 541 juta orang yang kadar gula darahnya mulai meningkat atau berada pada fase pra diabetes, yaitu dengan gangguan toleransi glukosa. Diabetes pada populasi ini juga bertanggung jawab atas tingginya angka kematian terkait diabetes, diperkirakan mencapai lebih dari 6,7 juta orang dewasa berusia 20-79 tahun. Atlas IDF edisi ke-10 menyebutkan terdapat sekitar 19.465.100 orang dewasa berusia 20-79 tahun yang menderita diabetes di Indonesia. Namun total penduduk berusia 20-79 tahun berjumlah 179.720.500 orang, sehingga jika dihitung kedua angka tersebut maka kita mengetahui bahwa prevalensi diabetes pada kelompok usia 20-79 tahun adalah sebesar 10,6%. Dengan kata lain, jika dihitung pada kelompok umur 20-79 tahun, berarti 1/9 orang menderita diabetes. (Kemenkes, 2022a)

Banyak faktor yang mempengaruhi resiko seseorang terkena diabetes, seperti gaya hidup, riwayat keluarga diabetes, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi gula tinggi secara konsisten. Asupan gula yang tinggi dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik menyebabkan resistensi insulin sehingga meningkatkan risiko terkena diabetes. Paparan berbagai makanan tidak bergizi, terutama yang kandungan gulanya, harus diatur secara ketat. Pasalnya konsumsi gula yang berlebihan dapat memicu terjadinya obesitas yang berujung pada penumpukan lemak ektopik pada otot yang dapat memicu resistensi insulin yang pada akhirnya berujung pada diabetes tipe 2. (Kemenkes, 2024)

Untuk mencegah terjadinya DM Tipe 2 ini memerlukan kontrol gula darah, berat badan, dan aktivitas fisik melalui manajemen pasien yang komprehensif, instruksi perawatan mandiri, dan modifikasi perilaku.

1. Diet

Berdasarkan hasil penelitian (Sari & Adelina, 2020) terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan/konsumsi dengan prevalensi DM tipe 2. Kebiasaan pola makan masyarakat Indonesia yang terlalu banyak mengkonsumsi sumber karbohidrat dan lemak serta ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan energi dalam jangka panjang dapat memicu penyakit DM. Pola makan yang buruk menyebabkan obesitas. Kelebihan berat badan dapat menekan kerja pankreas dalam fungsi sekresi insulin, sehingga menyebabkan peningkatan gula darah, yang berujung pada berkembangnya DM. Prinsip pola makan menurut (Restyana, 2015) bagi penderita diabetes hampir sama dengan anjuran pola makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan memenuhi kebutuhan kalori dan gizi setiap orang. Bagi penderita diabetes, penting untuk menekankan pentingnya pola makan yang teratur baik dari segi waktu, jenis dan jumlah makan, terutama bagi mereka yang menggunakan obat gula darah atau insulin. Normal yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang, yaitu mengandung 60-70% karbohidrat, 20-25% lemak, dan 10-15% protein. Untuk mengetahui nilai gizinya dihitung dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan alat atau cara sederhana untuk memeriksa status gizi orang dewasa, terutama yang berkaitan dengan berat badan kurang dan berat badan berlebih.

3. IMT Obesitas

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka (Sari & Adelina, 2020) ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara BMI (indeks massa tubuh) kelebihan berat badan dengan prevalensi DM, dan odds rasionya 2,6 hingga 6 kali lebih tinggi dibandingkan BMI normal. BMI obesitas dapat meningkatkan jumlah asam lemak dalam sel dan menyebabkan resistensi insulin.

2. Exercise (latihan fisik/olahraga)

Menurut (Palu, 2020) Aktivitas fisik erat kaitannya dengan penyakit metabolik, karena jika seseorang tidak berolahraga 30 menit sehari atau 3 kali seminggu, tubuh akan menumpuk lemak dan insulin tidak cukup untuk mengubah glukosa menjadi energi sehingga berujung pada DMT2 dengan peningkatan gula darah. (Restyana, 2015) menyarankan untuk berlatih secara rutin (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit, konsisten dengan continuous, rhythmic, interval, progressive, Endurance (CRIPE). Latihan sesuai kemampuan pasien. Misalnya olahraga ringan, jalan kaki 30 menit. Hindari gaya hidup yang tidak banyak bergerak atau malas.

            Peneliti (ANRI, 2022) berhipotesis bahwa obesitas merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi seseorang terkena DM tipe 2. Sebab, ketika lemak menumpuk di dalam tubuh, maka kadar gula dalam tubuh pun semakin tinggi. Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan asupan dan produksi kalori tubuh, serta penurunan aktivitas fisik (sedentary lifestyle) yang menyebabkan lemak menumpuk di berbagai bagian tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan mempengaruhi kejadian DM tipe 2 Orang dengan pola makan tidak seimbang memiliki kemungkinan 3,8 kali lebih besar terkena DM tipe 2 dibandingkan orang dengan pola makan seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun