Mohon tunggu...
Zalfaa Firdha yuda
Zalfaa Firdha yuda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

halo! saya zalfaa :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

FOMO dan Toxic Productivity: 2 Masalah yang Menghantui Mahasiswa

3 Juli 2022   15:12 Diperbarui: 3 Juli 2022   15:20 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source:   Social anxiety vector created by freepik - www.freepik.com

Dunia perkuliahan identik dengan berbagai macam kegiatan yang ditawarkan kepada mahasiswanya, mulai dari kegiatan dalam kampus hingga luar kampus. 

Mahasiswa mengikuti berbagai macam kegiatan tersebut tentunya dengan beragam alasan di baliknya, ingin menambah relasi, memperkaya pengalaman, menambah skill, dan lain-lain. 

Di era digital ini, mudah sekali bagi seseorang untuk mengunggah kejadian-kejadian hidupnya, kegiatan seperti organisasi dan kepanitiaan tentunya termasuk dalam hal kejadian yang bisa diunggah di media sosial. 

Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda tentunya bagaimana mereka mengolah informasi berupa pencapaian seseorang di media sosial akan berbeda bagi tiap individu. 

Beberapa bisa saja ikut merasa senang melihat pencapaian tersebut, beberapa lain bisa merasa iri dan mulai merasakan FOMO atau Fear Of Missing Out. 

Apa sih FOMO itu?

Fear Of Missing Out (FOMO) merupakan suatu perilaku kecemasan  yang timbul saat orang lain yang kita ikuti memiliki keseharian yang lebih memuaskan atau berharga. Fenomena ini sangat sering terjadi pada mereka yang sudah menginjak usia remaja, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Dr. Andrew K. Przybylski, seorang ilmuwan dari Inggris, pada tahun 2013. 

Jika kita terlalu sering melihat kehidupan seseorang di media sosial dan kita salah dalam menyikapi apa yang ada layar kita, bisa menjadi hal yang toxic. 

Kita bisa mulai merasa iri, tertinggal, dan muncul keinginan untuk melakukan hal yang sama atau lebih dari apa yang kita lihat. Rasa-rasa kecemasan ini pun merasuki kita dan sering membuat kita menjadi impulsif untuk melakukan sesuatu hanya agar kita tidak merasa tertinggal dari yang lain. 

Ditambah lagi pada lingkungan perkuliahan, jenjang pendidikan yang ditempuh sebelum terjun ke lingkungan kerja. Orang-orang berlomba-lomba menambah pengalaman organisasi, kerja, menambah skill demi memenuhi CV yang akan digunakan untuk melamar kerja nantinya. 

Di masa pandemi ini, mudah sekali bagi kita semua untuk mengikuti kelas-kelas online, kepanitiaan, organisasi, volunteering di saat yang bersamaan. Multitasking bukanlah hal yang aneh di masa kini. Banyak mahasiswa yang menganggap bahwa semakin banyak kegiatan yang mereka lakukan, lebih baik daripada menyesal karena tidak melakukan apapun. 

Akan tetapi kenyataannya, setiap orang memiliki batasannya masing-masing. Tidak semua orang bisa melakukan 5 kegiatan sekaligus. Jika kita terus menambah kegiatan hingga melewati batas kemampuan, kita bisa sangat kewalahan dan berujung pada memberikan hasil yang tidak maksimal. 

Kita juga menjadi terus-menerus berpikir bahwa kita harus selalu produktif, tetap mengikuti kegiatan-kegiatan itu dan tetap mampu mempertahankan nilai akademik. 

Pemikiran itu dapat membuat waktu istirahat kita berkurang, membuat kita stress, dan berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental. Inilah yang disebut dengan Toxic Productivity. 

Tentunya, kita semua bisa menghindar dari FOMO dan toxic productivity ini. Semua bisa diawali dengan menyaring kegiatan-kegiatan mana yang bisa relevan dengan rencana masa depan kita. 

Pahami apa yang ingin kita lakukan, temukan apa kelebihan dan kekurangan kita, dan cari cara untuk mengembangkan diri secara tepat dan maksimal tapi tetap memiliki waktu untuk beristirahat. Mulai sortir isi sosial media atau batasi penggunaan sosial media, jika peran sosial media sudah terlalu parah, sudah waktunya untuk kamu menutup akun dan beristirahat sejenak. 

Kita tidak perlu merasa iri atau membandingkan diri dengan pencapaian orang lain. Masing-masing dari kita sudah memiliki pencapaian yang sangat hebat, sekecil apapun pencapaian itu. 

Fokus pada diri sendiri dan impian kita masing-masing, juga temukan cara bagi kita untuk mencapai impian itu tanpa mengorbankan kebahagiaan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun