Self diagnose adalah proses mengidentifikasi penyakit atau masalah mental dalam diri sendiri tanpa mencari bantuan profesional, atau dengan membuat diagnosis berdasarkan sumber tidak resmi seperti teman, keluarga, atau internet. Di era digital ini, semakin banyak orang menggunakan internet untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan mental. Dengan begitu banyak sumber informasi yang tersedia, kita dapat dengan cepat mencari gejala dan seberapa sering gejala itu muncul menggunakan situs web dan media sosial.
Self diagnose yang meluas berdampak pada masalah kesehatan mental remaja dengan menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu dan akhirnya berkembang menjadi masalah kecemasan umum. Selain itu, self diagnose dapat mengakibatkan masalah kesehatan mental tertentu menjadi tidak terdiagnosis.
Terdapat salah satu dampak yang di sebutkan dalam (Annury et al., 2022), yaitu dampak kognitif. Terdapat beberapa dampak kognitif yang sering terjadi adalah:
1. Salah diagnosis
Diagnosis dibuat setelah meninjau dengan saksama riwayat medis pasien, gejala, pemeriksaan fisik, faktor lingkungan dan tes pendukung apa pun. Untuk mengidentifikasi apakah ada masalah psikologis atau fisik, beberapa orang perlu menjalani lebih banyak observasi dan berbagai pemeriksaan lanjutan. Tidak mungkin membuat kesimpulan tentang gejala yang dialami hanya berdasarkan perbandingan dengan gejala yang tercantum tanpa penelitian tambahan.
2. Salah Penanganan
Diagnosis yang salah cenderung mengarah pada perawatan yang salah. Membeli obat setelah self diagnose atau menerima terapi setelah self diagnose dapat berakibat fatal. Karena penyakit yang berbeda memerlukan jenis, dosis, dan terapi yang berbeda, self diagnose dapat memiliki efek samping yang berbahaya.
3. Menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius
Self diagnose dapat menyebabkan masalah baru dan memperburuk penyakit. Pengobatan yang tidak tepat menciptakan penyakit tambahan alih-alih menghilangkan rasa sakit. Selain itu, self diagnose yang mengakibatkan kekhawatiran dan kepanikan, dapat disebabkan oleh pencarian dan penerimaan informasi yang berlebihan tentang gangguan medis di internet dan media sosial.
  Â
Self diagnose tidak hanya berdampak negatif terhadap seseorang, tetapi juga memiliki dampak positif yaitu, seseorang bisa mengevaluasi gelaja-gejala yang dialaminya serta sadar bahwa dirinya memerlukan penanganan yang lebih lanjut dengan seorang profesional atau psikolog.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H