Mohon tunggu...
Zalfa Syauqina Azizah
Zalfa Syauqina Azizah Mohon Tunggu... -

Not Yet

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Si Kembar yang Terpisah

10 Desember 2013   16:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:05 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Perkenalan tokoh :

Riana Abilla Asy-Syifa

Riana adalah kakak kembar Riani, namun ia tak tahu. Riana adalah anak yang baik dan juga suka menolong, meskipun dia kaya namun ia tak semena-mena. Riana juga anak favorit di sekolahnya.

Riani Adinda Az-Zahra

Riani adalah adik kembar Riana, namun ia juga tak tahu. Riani adalah anak yang sopan, pekerja keras dan tidak manja. Meski ia harus mencari nafkah, namun ia tak pernah mengeluh.

Sarah Amilia Artha

Sarah adalah teman baik Riana di sekolahnya, sifatnya agak suka iri sama orang lain, terutama Bella, karena bella lebih cantik daripada dia, tapi karena Riana dia mau menjadi sahabat Bella.

Bella Safira Ayla

Bella juga teman baik Riana, dia tekenal dengan kecantikannya, namun tak sombong. Bella juga tetangga Riani selama Riani masih tenggal di rumah Mbah Inem.

Perpisahan antara si kembar

Di kota Forest Wood ada peraturan bahwa tak boleh ada bayi kembar yang lahir dengan jenis kelamin yang sama, atau akan didenda dengan uang yang sangat banyak. Namun, ada ibu yang baru melahirkan bayi kembar perempuan yang ia namai Riana Abilla Asy-Syifa dan Riani Adinda Az-Zahra. Karena tak punya banyak uang, akhirnya ayah dan ibunya sepakat bahwa Riani akan dibuang ke tempat seorang nenek yang mandul untuk dirawat oleh si nenek dan menitipkan sepucuk surat kepada si nenek. Dari sinilah Riana dan Riani berpisah.

Bertemulah mereka

Riana dan Riani sudah berumur 12 tahun, namun belum bertemu. Bella sering bercerita tentang Riani dan Riana juga tertarik pada Riani. Suatu hari saat Riana, Sarah, dan Bella sedang bermain lompat tali, Riani datang ke sekolah dan menawarkan dagangannya yaitu snack ringan dan alat tulis. Saat Riana membeli pulpen Riani, Bella juga menyapa Riani “ Selamat pagi Ani! ” sapa bella, “ Pagi kak Bella! “ jawab Riani, “ Nah Ana, ini Riani yang pernah aku ceritakan itu lho! “ kata Bella, “oh ini, salam kenal ya! Namaku Riana Abilla Asy-Syifa” kata Riana memperkenalkan dirinya kepada Riani, “Salam kenal kak! Namaku Riani Adinda Az-Zahra” jawab Riani juga memperkenalkan dirinya kepada Riana. Selama pembicaraan itu ternyata Sarah tercenggang, “kamu kenapa Sarah?” Tanya Riana, Sarah langsung menarik tangan Riana dan Riani ke kamar mandi. “liat deh Ana, kamu sama Riani itu mirip buangeeeets! Kayak anak kembar tau!” kata Sarah yang menyadarkan Riana, “iya, kok bisa? Aku baru sadar lho Sar, Bell!” kata Riana terkejut, “kamu gak sadar Bella?” Tanya Sarah, Bella menggelengkan kepalanya tanda tidak. “inikah wajahku kak Bella? Kok hampir sama kayak kak Riana?” Tanya Riani heran, “kakak juga gak tau Ani!” Bella keheranan lebih dari Riani. Tiba-tiba bel berbunyi, Riani pun pamit kepada teman-teman barunya.

Selama perjalan pulang dari sekolah Riana masih sangat heran dan penasaran, kok bisa? Riana terus bertanya-tanya di dalam hatinya. Setelah sampai di rumah Ana langsung bertanya pada mama yang sedang membaca majalah bisnis, “mama, tadi Ana bertemu seorang anak yang namanya Riani, anehnya Ana sama dia itu mukanya mirip! Ana curiga mama menyembunyikan sesuatu dari Ana!” kata Ana curiga. Mama langsung mengeluarkan keringat dingin dan berlari menuju kamarnya sambil menangis tanpa menjawab pertanyaan Ana, Ana makin curiga.

Terbongkarlah semuanya!

Ana semakin curiga pada mama dan papanya, karena semakin lama mereka seperti menghindar darinya. Ana masih bertanya-tanya kenapa mama dan papanya seperti menyembunyikan sesuatu dan kenapa wajahnya mirip dengan Riani? Itulah yang selalu dpikirkan Ana, sampai-sampai Ana menjadi anak yang pendiam di sekolahnya karena memikirkan itu semua.

Riani datang lagi ke sekolah Riana, Ana menuggu Ani di kursi taman sekolah. “pagi kak Ana!” sapa Ani yang membuyarkan lamunan Ana, “eh, Ani. Sini duduk!” kata Ana, “Ani, kakak mau nanya sesuatu…” Ani menanti kata-kata Ana selanjutnya, “… kamu lahir tanggal berapa, bulan apa, tahun berapa?” Tanya Ana, “oh itu kak! Ani lahirnya tanggal 23 Mei 2001” jawab Ani. Ana terkejut karena itu adalah hari ulang tahunnya. Apa benar kata sarah, bahwa aku dan Ani bisa jadi anak kembar? Pikir Ana

Riana makin penasaran, hingga ia pun merengek kepada mamanya untuk memberitahu rahasianya. Akhirnya hati mama pun luluh dengan rengekan anaknya, akhirnya mamanya memberitahu rahasianya, yaitu kalau Riani adalah adik kembarnya! Riana terkejut sekali mendengar pernyataan mamanya! “What???” kata Riana setengah melompat, “beneran ma?!” Ana tak percaya, mama mengangguk tanda iya. “Wuhuuuu!!!” teriak ana karena sangat bahagia.

Kami pun berkumpul kembali!

Keesokan harinya, Riana langsung meminta Sarah dan Bella untuk menunjukkan dimana rumah Riani, dan ditunjukkanlah sebuah gubuk kecil tempat tinggal seorang nenek yang biasa disebut Mbah Inem. “ini rumah Ani!” kata Bella, “kamu yakin Bella?” Tanya Ana setengah tak percaya, “aku serius Na!” jawab Bella. Ana menatap gubuk kecil itu dengan perasaan kasihan kepada adiknya karena tinggal disana. “assalamu’alaikum Mbah!” terdengar suara Ani yang ingin berdagang dan sedang pamit kepada Mbah Inem. “eh, ada kak Ana, kak Bella dan kak Sarah” kata Ani, “hai Ani!” kata mereka bertiga serempak, “ada apa kak? Kok sampe datang ke rumah Ani?” Tanya Ani, “a a anu, kak Ana mau bilang sesuatu kepada Ani” kata Ana tergagap, “bilang apa kak?” Tanya Ani penasaran, “lebih baik kita ngobrolnya di sekolah aja yuk!”ajak Sarah, “Ayo!” kata Ana, Ani dan Bella serempak.

“kakak mau ngomong apa sih sama Ani? Kok kayaknya serius banget?” Ani makin penasaran, “jadi begini Ni, kamu itu sebenarnya a, a, a, adikku” kata Ana menjelaskan sambil tergagap, “Apa???” Ani sangat terkejut, Ana dan Bella mengangguk, lalu Ani memeluk kakaknya dengan sangat erat.

Ani pun pamit kepada Mbah Inem, Ana juga menjelaskan semuanya dan akhirnya Mbah Inem mengerti dan dengan berat hati Mbah Inem pun ikhlas melepas Ani. Ani pun pulang bersama Ana, betapa kagetnya Ani saat melihat rumahnya yang sessungguhnya, “ini rumah kita kak?” Tanya Ani takjub, Ana mengangguk. Saat sampai di rumah, Ani benar-benar disambut dengan meriah, dan keluarga itu akhirnya bersedia membayar denda untuk berkumpul lagi bersama Ani.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun