Tak ada embun!
Pagi terlalu cepat melipat selimut mimpi. Meninggalkan angan yang tergeletak di tubir sepi. Dan aku, yang terjebak di pelataran resah. Menimang butiran debu yang dilontarkan tanah rekah.
Kau masih bersamaku?
Tak ada mendung!
Mentari sejak lama membiarkan kabut menjadi riasan hari. Memaksa ingin terbata menangkup kerikil nyeri. Dan aku, yang bernaung di singgasana gersang. Memintal jeruji asa yang terpaku dalam pigura usang.
Kau tak melupanku?
Tak ada pelangi!
Senja hanya sejenak terhenyak di titik singgah. Lalu meninggalkan sisa jingga merapal mantra yang nyaris punah. Dan, aku terlelap dalam lamun doa paling bisu. Berharap bulir hujan menemukan hilir rindu.
Tuhan, aku milikMu!
Curup, 18.10.2023
zaldy chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H