2. Lemang Tapai
Aku tak tahu alasan pasti, kenapa Amak berhenti membuat  galamai. Setahuku, saat SD, tradisi di keluargaku di malam takbiran adalah membuat lemang juga tapai.
Bisa jadi, karena memasak lemang tak butuh tenaga ekstra seperti mengolah Galamai atau dodol, tah?
Tak seperti bikin tapai (tape ketan hitam) yang  lebih ringkas. bahannya ketan ditaburi ragi, difermentasi lebih kurang 3 hari, udah jadi.
Nah, Lamang atau Lemang masih berbahan dasar ketan dan santan serta sedikit garam. Punya keruwetan tersendiri. Setidaknya alat-alat pedukung saat proses pembuatannya.Â
Dulu, jika Amak memasak lemang. Pasti ada pembagian tugas. Tugas pokokku adalah mencari dan memotong serta membolongi ruas bambu galah, kira-kira ukuran panjangnya 50 cm.
Saudaraku yang lain, kebagian memasukkan daun pisang ke dalam ruas bambu. Amak yang memasukkan campuran beras ketan dengan santan.
Nah, saat malam takbiran, aku dan keluargaku akan memasak lemang di halaman rumah!Â
Terue, sebagai anak lelaki, tugas tambahanku adalah menjaga api! Tak boleh terlalu besar atau malah mati! Ini butuh keterampilan tersendiri, kan? Ahaaaay....
3. Bolu Koja atau Bolu Pandan.
Seperti kutulis di awal. Gegara pergantian era, maka tradisi kue lebaran di keluargaku juga berubah. Terus, kue favoritku saat lebaran,jadi bertukar, kan?