Salah satu latah menjelang akhir ramadan adalah keriuhan dan munculnya tekanan untuk membeli baju baru yang akan dikenakan sebagai baju lebaran.
Tekanan itu, terkadang tak hanya muncul dari keinginan diri pribadi atau orang terdekat saja semisal anggota keluarga. Tapi juga tekanan lingkungan pergaulan.
"Mosok momen setahun sekali, gak bisa?"
"Jangan pelit! Itu seni menghargai diri sendiri!"
"Biar gak ketinggalan mode!"
Bla...bla...bla...
Begitulah! Acapkali, keputusan membeli baju lebaran, bukan karena kebutuhan. Tapi jebakan keinginan yang disetel oleh keadaan.
Apatah lagi jika bicara tren pakaian pada momen lebaran. Gak akan ada habisnya!
Sering kita temui, ketika suasana lebaran. Ada pasangan, bahkan satu keluarga yang mengenakan pakaian nyaris seragam, kan? Biasa disebut "Mode Couple".
Gawatnya, usai lebaran, baju tersebut malah jarang dikenakan. Akhirnya menumpuk dan memenuhi lemari pakaian.
Hayuk ngaku! Adakah yang lupa ternyata masih banyak baju di lemari pakaian yang hanya beberapa kali, atau malah baru sekali pakai?
Kalau gak ada yang ngaku. Ya udah! Aku aja!
Nah. Gegara itu, makanya dua tahun terakhir aku bikin aturan pribadi, mengenai baju untuk lebaran. Apa aja?
3 Cara Menentukan Baju Lebaran sebelum Membeli
Aku kekadang jadi sedih juga, lihat tumpukan baju di lemari pakaian, yang masih kuanggap kategori baju baru.
Di antara tumpukan itu, ada baju batik, mode baju koko, atau mode Kurta yang sangat jarang aku kenakan di keseharian. Paling-paling hadiri kondangan atau jumatan.
Wong, aktivitas keseharianku, biasanya menggunakan baju kerja khusus. Terus kalau di rumah hanya pakai kaos oblong plus celana training bahkan sarungan.
Nah. Sebelum memutuskan membeli baju lebaran atau tidak, aku lebih dahulu lakukan 3 cara ini.
Pertama. Seleksi ulang baju lama yang masih tampak baru.
Ini langkah awal yang kulakukan sebelum memutuskan membeli baju baru untuk lebaran.
Alasan logisnya, agar baju-bajuku tak lelah menumpuk di lemari pakaian! Malah berujung bakhil dan mubazir, tah?
Jadi, siapa tahu, gegara menyeleksi ulang baju lama di lemari pakaian, malah gak jadi beli baju baru, kan?
Kedua. Sesuaikan baju dengan rencana liburan saat lebaran.
Apa hubungan rencana liburan dengan baju lebaran?
Misalnya, ketika merayakan lebaran idul fitri, sekalian berencana menikmati liburan ke pantai.
Jejangan masih ada stok baju lama dan masih terlihat baru, ternyata cocok untuk dikenakan!
Namun, aneh juga jika ngotot memutuskan memakai baju yang sudah ada. Semisal baju batik lebaran tahun kemarin.Â
Menurutku, tak nyaman atau malah lucu aja jika ke pantai memakai baju batik, kan?
Nah. Karena menyesuaikan rencana lebaran sambil liburan, akan ada prioritas, apakah mesti membeli baju baru atau memakai baju yang sudah ada.
Ketiga. Lakukan "daur ulang" pakaian lama tampak baru.
Nah. Ini yang biasanya aku lakukan! Misalnya, ada beberapa baju batikku yang jadi korban daur ulang! Hihi...
Cara paling gampang daur ulang? Baju batik atau baju koko yang awalnya lengan panjang, tak potong jadi lengan pendek!
Tinggal butuh sedikit sedikit modifikasi, bisa diubah mode kerah bajunya. Jika awalnya bentuk "kerah biasa" (lancip) atau "teluk belanga" diubah jadi "kerah ala baju mandarin".
Jika modifikasi baju batik sedikit rumit, karena butuh kesesuaian motif dan warna. Berbeda halnya jika ingin memodifikasi baju koko atau baju kurta.
Banyak keleluasaan jika mau memodifikasi baju Koko atau Baju Kurta. Karena motifnya minimalis. Bahkan biasanya yang hanya polos atau satu warna.
Jadi. Tinggal kreasi kita aja untuk melakukan padu padan!
Bisa juga lakukan "tabrak warna"! Entah pada bentuk kerah, lengan, kantong hingga saku baju. Jika begini, baju lama tampak kembali baru!
Terus?
Terkadang. baju lebaran tak harus bermakna membeli baju baru, kan? Tinggal lakukan 3 hal di atas:
1. Lakukan seleksi ulang baju lama,
2. Sesuaikan baju yang dibutuhkan dengan perencanaan saat liburan, plus
3. Butuh sedikit kreatif daur ulang dengan memodifikasi baju lama tampak baru.
Silakeun mencoba!
Curup, 18.04.2023
zaldy chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H