Nah. Selain menyusun perencanaan finansial yang baik, sebagai jaminan separuh keberhasilan. Kitapun jadi leluasa mengatur dan menemukan prioritas! Karena sudah ada panduan.
Terkait segitiga anggaran ntara kewajiiban, kebutuhan dan keinginan seperti paparan di atas. Hematku, menjadi mudah menata urutannya.
Misal: apa saja pos anggaran yang memang menjadi kewajiban. Anggaplah kebutuhan belanja bulanan rutin, biaya pendidikan anak, tagihan listrik, air atau malah ciclan pinjaman.
Kalau menurutku, setelah selesai dengan urusan anggaran wajib. Atau kewajiban, barulah kita pilih pos anggaran berdasarkan kebutuhan atau keinginan!
Sepertinya aneh jika mendahulukan keinginan, kebutuhan, baru kemudian kewajiban, tah?
Lucu saja, jika rumah direnovasi ringan, pakaian dan kue lebaran secara matang dipersiapkan. Kemudian tagihan listrik atau air malah ada tunggakan!
Tragis, jika menikmati ramadan dan merayakan lebaran, tapi listrik dipadamkan, dan asupan air dihentikan! Malah merayakan kegelapan dan kekeringan, tah?
Ketiga. Acting!
Butuh komitmen dan Konsistensi terhadap perencanaan  serta pengaturan anggaran. Sebab, selalu saja ada godaan yang menggugat komitmen dan konsintensi pada rancangan anggaran.
Godaan-godaan itu, apatah demi gengsi, prestise atau apalah-apalah! Akhirnya malah membuat situasi dan kondisi finansial kita terjerumus ke jurang terdalam. Salah perhitungan!
Tentu saja, terkadang perencanaan yang baik, alokasi yang rapi, acapkali menemukan tembok pelaksanaan yang  di luar kendali, kan? Semisal kenaikan kebutuhan pokok atau barang-barang untuk keperluan lainnya, kan?