Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Abu Nawas, Tokoh dari Kisah Sufi yang Penuh Inspirasi

9 April 2023   22:35 Diperbarui: 9 April 2023   23:17 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagiku, membaca dan mendengar cerita lucu atau kisah humor saat berpuasa di bulan Ramadan itu menyegarkan!

Selain mengundang tawa yang bisa meningkatkan imun tubuh, acapkali sebuah cerita humor itu menitipkan pesan yang bisa menjadi inspirasi.

Agaknya, gegara alasan itu, maka  saat ramadan, stasiun-stasiun televisi berlomba mengemas acara khusus yang bisa bikin pemirsa ketawa, atau memilih penceramah kerap meyelipkan humor di materi tausiahnya.

Kali ini, izinkan aku menulis ulang dengan mengadopsi dan mengadaptasi dari berbagai sumber, dua kisah dan satu puisi yang kuanggap menginspirasi dari salah satu tokoh sufi: yaitu Abu Nawas.

Di Rumah Ada Pencuri, Abu Nawas Mengajak Istri Sembunyi!

Dikisahkan, ketika itu marak terjadi pencurian di Kota Bagdad (Ibukota Irak). Dan pada suatu malam, tibalah giliran rumah Abu Nawas yang didatangi oleh 2 orang pencuri.

Saat Abu Nawas mengetahui ada orang asing memaksa masuk ke rumahnya. Abu Nawas segera mengajak istrinya bersembunyi di bawah tempat tidur.

Walau merasa aneh dengan ulah suaminya, istri Abu Nawas menuruti ajakan suaminya. Dalam remang cahaya rumah, keduanya membiarkan para pencuri mengacak-acak seisi rumah.

Tak lama, setelah para pencuri pergi dari rumah, Abu Nawas dan istrinya segera keluar dari tempat persembunyian. Tanpa suara, istrinya tiba-tiba memukul dengan keras bahu Abu Nawas, suaminya.

"Hei! Kenapa kau pukul aku?"
"Suami macam apa, Kau? Bukannya mengusir atau teriak. Malah membiarkan pencuri itu masuk ke rumah!"

Istri Abu Nawas mencak-mencak sambil berkeliling di dalam rumah,  sambil merapikan ulang barang-barang yang berserakan ulah kedua pencuri tadi.

Dengan bernapas lega, sang istri menatap Abu Nawas yang masih terdiam.


"Untung tak ada barang yang hilang! Kenapa kau ajak aku sembunyi di bawah tempat tidur?"
"Justru itu! Aku khawatir dan malu, jika kedua pencuri itu melihat dan mengenalku. Sebab mereka akhirnya tahu, tak ada satupun barang berharga di rumah ini yang layak mereka curi!"

 3 Tingkatan Manusia Menurut Abu Nawas

Abu Nawas acapkali didatangi oleh orang-orang yang akan menguji kecerdikan dan kebijaksanaannya.

Pada suatu hari, di hadapan murid-muridnya, Abu Nawas didatangi 3 orang pemuda, yang ingin mendapatkan pencerahan darinya.

Pemuda pertama mengajukan pertanyaan, 'Mana yang kau pilih? Orang yang melakukan dosa kecil atau dosa besar?"

"Orang yang melakukan dosa kecil! Karena Allah lebih mudah memberikan ampunan!"

Jawaban Abu Nawas, membuat pemuda itu terdiam. Orang kedua kembali mengajukan pertanyaan yang sama: 'Mana yang kau pilih? Orang yang melakukan dosa kecil atau dosa besar?"

Abu Nawas tahu. Orang kedua bukan sekadar bertanya, tapi mulai mengujinya. Lantas Abu Nawas memberikan jawaban.

"Tentu saja tidak keduanya! Sebab jika mereka tak melakukan dosa besar atau dosa kecil, mereka tak butuh pengampunan dari Allah!"

Akhirnya, majulah orang ketiga. Dengan mengajukan pertanyaan yang sama: 'Mana yang kau pilih? Orang yang melakukan dosa kecil atau dosa besar?"

Abu Nawas tersenyum, seraya menjawab,

"Orang yang melakukan dosa besar! Agar mereka tahu, Ampunan Allah lebih besar dari dosa besar yang sudah mereka lakukan!"

Ketiga pemuda itu bungkam usai mendengar jawaban Abu Nawas. Semua murid-murid Abu Nawas lega dan kagum dengan kecerdikan jawaban gurunya.

Namun, salah satu muridnya bertanya ke Abu Nawas.

"Maaf, Tuan Guru. Kenapa pertanyaan yang sama, Guru berikan jawaban berbeda?"

Abu Nawas menatap wajah muridnya. Kemudian menjelaskan.

"Ada Tiga jenis Tingkatan Manusia. Tingkatan Mata, Tingkatan Otak, dan Tingkatan Hati!"
"Apa maksud guru dengan Tingkatan Mata?"
"Orang yang melihat bintang di langit itu kecil, dan mengatakannya kepada orang-orang jika bintang itu kecil!"
"Tingkatan Otak?"
"Orang yang melihat bintang di langit itu kecil, namun ia mengetahui jika bintang itu besar. Karena ia memiliki pengetahuan."

Semua muridnya terdiam, merenungi kalimat Abu Nawas. Semua pun menunggu penjelasan lanjutan dari Abu Nawas.

"Terakhir, orang yang melihat bintang di langit itu kecil, namun dari pengetahuannya, sebenarnya bintang itu besar. Tapi ia lebih menyakini, jika kekuasaan Allah itu lebih besar dari pengetahuannya! Ini adalah Tingkatan Hati!"

Puisi  Ampunan dari Abu Nawas

Tak hanya dikenal sebagai tokoh sufi. Abu Nawas pun jamak disebut sebagai pujangga di masanya.

Jadi, kukutip dari wikipedia, salah satu puisi yang kuanggap khas dengan karakter Abu Nawas yang kita kenal dari kisah-kisah humor sufinya.

Ampunan

Tuhan

Jika dosaku
Semakin membesar
Sungguh aku tahu
Ampunan-Mu
Jauh lebih besar.

Jika hanya
orang-orang baik
yang berseru kepada-Mu
lantas kepada siapa
seorang pendosa harus mengadu?


Siapa Abu Nawas?

Bersumber dari wikipedia, Abu Nawas terlahir pada tahun 747 M sebagai anak yatim di kota Ahvaz, Iran. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami.

Sepeninggal ayahnya, Abu Nawas kemudian dibawa ibunya ke kota Basra, Irak. Dia di sana belajar beberapa ilmu agama seperti ilmu hadits, sastra Arab, dan ilmu Al-Quran.

Abu Nawas dianggap sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik ia digambarkan sosok yang bijaksana sekaligus kocak.

Abu Nawas juga muncul beberapa kali dalam kisah Seribu Satu Malam, yang berisi kisah-kisah kelucuan dan kecerdiikan Abu Nawas bersama raja Harun Ar-Rasyid.

Curup, 09.04.2023
zaldy chan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun