Dulu, anak-anak usia SD diarahkan untuk salat di lantai 2. Dan setiap saf, akan ada penanggungjawabnya. Pekan terakhir ramadan, dilaksanakan kegiatan lomba. Pesertanya? Anak-anak! Â Dana kegiatan dan hadiahnya? Jamaah yang menjadi donatur!
Jadi, sedari kecil aku dan teman-teman sebaya sesama anak masjid, dilatih untuk mendisain kegiatan dan menyusun anggaran, mencari dana, menyelenggarakan acara, hingga membuat laporan kegiatan. Walau sederhana.
Belum ada komputer masa itu! Mesin Tik jadul dijadikan andalan ketika membuat proposal atau mengetik surat-menyurat. Tak ada ponsel masa itu. Jadi, mesti jalan kaki kesana-kemari.
Keterbatasan usia plus fasilitas itu, akhirnya memaksaku dan teman-teman untuk pintar berkomunikasi, lentur berinteraksi dan lincah berorganisasi.
Kisah gerakan ramadan di masjid Aljihad, bisa baca di sini.
Keempat.
Di masjid ini juga, dan masih tetap kulakukan hingga saat ini, terlibat dalam berbagai kegiatan kepemudaan. Entah di bidang sosial atau keagamaan.
Karena hanya berjarak kurang dari 100 meter dari rumah. Maka, aku ingin Masjid aljihad, juga menjadi pusat kegiatan bagi anak-anakku, sebagaimana aku dulu.
Tak hanya rutinitas di waktu-waktu salat, atau ramadan saja. Nyaris setiap pagi minggu, kuajak anak-anakku bermain dan olahraga ringan di halaman masjid yang luas.
Sekarang, jika ada yang datang pagi minggu. Akan melihat puluhan anak-anak, mulai dari usia balita hingga remaja berlatih bela diri di halaman masjid Aljihad.
Dan...
Begitulah! Jadi, jangan marah, jika Masjid Aljihad adalah objek wisata religi terbaik versiku.