Kedua. Minumlah lebih banyak dari hari biasa
Ini untuk jaga-jaga! Karena acapkali aktivitasku menuntut untuk bekerja di luar ruangan. Jafi, aku kudu memastikan kebutuhan cairan tubuhku. Jika tidak begitu, bawaannya akan letih dan lesu!
Aku bersyukur, letak geografis Kota Curup, tempat tinggalku memiliki udara sejuk. Tantangannya bukan rasa haus atau udara panas yang memicu dehidrasi tubuh. Tapi, rasa tak nyaman di tenggorokan!
Jika muncul radang di tenggorokan yang berujung batuk-batuk, menjalani puasa tak lagi syahdu, kan?
Ketiga. Tak Harus Kuantitas, Sing Penting Jaga Kualitas Tidur!
Nah! Orang-orang terdekatku pasti tahu, aku termasuk gerombolan nokturnal! Aktivitas malamku bisa membuatku terjaga hingga dini hari.
Di bulan Ramadan? Yo tak ada perubahan! Tetap saja terjaga hingga dini hari. Bahkan sampai waktu sahur tiba.
Terus bagaimana caraku menjaga kualitas tidur? Nah, selama Ramadan, aku meluangkan waktu 1 hingga 2 jam untuk tidur siang! Dan, semua pada tahu, ada tulisan: "Jika tidur, tak bisa diganggu!"
Bagiku, tidur tak lagi tentang durasi waktu, tapi seberapa nyenyak dan lelap tubuh menikmati tidurku. Aih, kekadang aku  mirip-mirip sopir bus antar kota antar Propinsi, tah?
Keempat. Kurangi Aktivitas di Luar Rumah yang Mungkin akan Mengganggu Ibadah Puasa.
Di hari-hari biasa, aku terbiasa hur sana, dan hur sini. Maka, jika tiba bulan Ramadan, sengaja aku kurangi aktivitasku di luar rumah. Kecuali tugas atau urusan penting yang menuntutku keluar rumah.
Jadi, sengaja kusiasati aktivitasku selama Ramadan lebih banyak di rumah. Entah itu beres-beres rumah, menata dan merapikan aneka jenis tanaman dan sayuran yang ada di beranda lantai dua rumahku. Atau bercengkrama lebih karib dengan sedikit ternak ayam yang nyaris setahun kurintis.