Di tengah riuh lalu-lalang kendaraan.
Sepasang raga usang bergerak senyap meramu abu kehidupan para pejuang. Tertatih menambal ulang atap hikmah keberadaan. Atau, menjauhkan sauh dari muara singgah ketiadaan. Mungkin!
Rinai petang datang menitip pesan: Lupakan tentang ada dan tiada! Mereka masih ingin menjumput remah asa yang tersia. Bukan bertukar kata untuk cerita, tapi rasa!
Di tengah laju sesak kendaraan.
Siluet sepasang raga menepi dari keramaian. Menghindar butiran hujan yang berjumpalitan menjejaki jalanan. Terlatih menuai badai keputusan tanpa keputusasaan. Atau menelan usai yang tak ingin selesai. Mungkin!
Lembab senja tiba menyisipkan satu tanya: Tua bukan tentang usia, tak pula batasan masa. Tapi sirat jiwa untuk menakar cara. Kau sudah mengenal-Nya?
Di tengah riuh lalu-lalang dan laju sesak kendaraan. Mataku menghilang ke langit hitam. Membenamkan genangan kenangan kelam masa silam.
Adakah yang lebih erat dari sepasang tangan yang saling menggenggam?
Curup, 31.03.2023
Zaldy Chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H