Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Langit Tak Seperti Dulu

14 Februari 2023   19:54 Diperbarui: 19 Februari 2023   22:37 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan, rerumputan di halaman masih seperti dulu.

Ia menghijau di antara naungan rerimbunan liar ilalang. Terpaksa bertahan dari terpaan terik mentari siang. Sesekali, menampilkan harmonii tarian angin nan berembus. Lantas sekali mati menyisakan humus.

Kemudian, pohon cemara itupun masih seperti dulu.

Ia tetap kukuh berdiri di tepian terjal jurang. Ketika ranting dan cabang rela menghadang sapuan badai yang menerjang. Sesekali dihiasi pasangan burung yang menitipkan sarang. Lantas menggugurkan dedaun sebagai penanda musim kemarau nan gersang.

Namun, langitku tak seperti dulu.

Ia tak lagi sekadar menampilkan arakan mendung yang dinyanyikan angin. Atau menyimpan jalan rahasia lengkung pelangi yang disisakan hujan. Bukan pula tempat berlabuh cahaya bintang-bintang di kegelapan.

Langit adalah tempat persembunyian rasa sakit. Usai detak waktu tak lagi mampu mengeja jejak tunggu. Padamu.

Baca juga: Puisi: Garis Senja

Curup, 14.02.2023
zaldychan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun