Ia datang bersama separuh waktu. Kemudian mengutip ayat-ayat semesta:
Bening embun terpaku di telapak dedaunan. Menunggu syair-syair sunyi, yang enggan dilahirkan rahim malam kepada pagi.
Butiran debu berteduh di bawah terik mentari. Menanti sajak-sajak sepi, yang mungkin dititipkan pagi kepada matahari.
Embusan angin menyapa gumpalan awan. Berharap bisikan mendung tak lagi berjelaga, yang mengajak lamun berlabuh di kaki senja.
Ia kembali bersama separuh aku. Dan, waktu membiarkan malam rindu terjuntai bisu.
Curup, 17.06.2022
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H