Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Percakapan Hari Ini

25 November 2021   19:24 Diperbarui: 25 November 2021   19:25 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di ruangan yang sejak lama pengap. Percakapan seperti hari ini tak pernah lenyap.

"Aku tak lagi berguna. Padahal karena aku, mereka di luar sana mengenal angka dan aksara. Aku yang menjadikan mereka bisa membaca, menulis dan berhitung. Agar menghadapi hidup tak bingung."

Kotak kapur tulis meratapi sejarah tragis. Menatap atap yang menembus langit. Berharap kisah pahit tak bertahan melahirkan rasa sakit.

"Aku sepertimu. Bagaimana hal itu bisa terjadi tanpa aku? Mereka melupakan satu rahasia. Hitamku menyakinkan mereka untuk keluar dari kegelapan masa lalu. Dan aku rela membiarkan putihmu menodai tubuhku!"

Papan tulis buram sesaat menunjukkan wajah muram. Kemudian berganti raut kasihan, memandang ke sebelah ruangan. Papan tulis putih dan spidol bertinta hitam, pun bersiap menapaki jalan suram.

"Aku juga! Terjebak di antara ada dan tiada. Aku adalah alat pengukur alih-alih disebut penggaris. Seharusnya digunakan untuk mengukur semua garis agar presisi. Bukan sebagai alat pengatur yang mengantar rasa takut pengganti emosi."

Penggaris kayu yang patah berceloteh tanpa arah. Menyesali diri dianggap hanya mampu mengurus garis lurus. Dan, terlalu murah hati mewakilkan kata salah dan amarah.

Suara langkah kaki mendekat. Satu bayangan terlihat. Terburu, kuucapkan bisikan pelan:

"Diamlah! Seseorang telah berdiri di belakangku."
"Tuan Guru?"

Tak lagi ada waktu menjawab pertanyaan itu. Tubuhku tiba-tiba didorong ke dinding yang berdebu.

Curup, 25.11.2021
Zaldy Chan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun