Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Di Perapian Tunggu

17 November 2021   17:57 Diperbarui: 17 November 2021   18:03 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingin menjadi cawan dari bulir lamunan pagimu. Menampung larutan pekat angan yang terkungkung dalam mimpimu

Seperti mimpi. Tak mungkin hari-hari berlalu tanpa matahari, isakmu.

Aku akan menemani senyummu menyesap keheningan bias mentari yang menyusup di ufuk timur sunyi. Atau, membiarkan bibirmu mereguk ketenangan langit jingga, sebelum gelap malam membujuknya bersandar di dermaga senja.

Tapi senja tak pernah berjanji menghapus luka, tangismu.

Maka aku akan mengendapkan duri-duri rasa, agar senyummu tak menghilang di antara timbunan masa. Atau, menyisihkan jelaga cela dari bibirmu, sebelum melukai kata-kata dan bebas menyelinap ke belantara makna.

Kau membisu ketika laju waktuku berdebu, bisikmu.

Kau terlupa? Aku sedang memakamkan sepi di perapian tunggu, memastikan rinai hujan tak mengusikmu. Ketika jasadku lenyap oleh kelopak mawar yang berjatuhan di bawah serumpun kamboja. Aku adalah butiran debu tak bernama. Sepertimu.

Curup, 17.11.2021
Zaldy Chan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun