I/. Satu percakapan singgah di pintu rumah:
"Masih hujan!"
"Pagi, waktu yang tepat ke sawah."
"Tapi..."
"Tinggallah di rumah!"
Dua pasang kaki tergesa melewati halaman rumah. Langkah-langkah tua menjejaki tanah basah. Menyibak terpaan resah, memanggul kisah. Butiran hujan pasti berkah.
II/. Satu percakapan terhampar di pematang sawah:
"Harus dicoba!"
"Pakai mesin, disewa?"
"Mahal!"
"Andai kerbau itu tidak..."
Dua pasang mata menukar sepi menjadi saksi. Kehilangan adalah pengorbanan mimpi. Seperti menakar kerelaan hujan menggantikan cahaya mentari. Agar mimpi tak lagi berakhir sunyi. Tak terbeli.
III/. Satu percakapan terdampar saat makan malam:
"Ini beras terakhir!"
"Tinggal menggiling padi, kan?"
"Bukannya, Itu untuk benih?"
"Esok, butuh beras atau benih?"
Satu mulut, sudah terlatih menyimpan jawaban. Mulut yang lain, kembali tertatih menghapus pertanyaan. Pintu sesal selalu terpasang di akhir. Namun, hidup adalah kisah panjang sejak lahir.
IV/. Satu percakapan tersungkur di tempat tidur: