Aku ingin berlari mengeja pagi. Mengabaikan tirai kabut dan butiran embun pagi. Menyelinap diam-diam di ruang sepi. Menata jejak diri dan meniti jerat hati.Â
Tapi sia-sia! Kaki tak mampu menjauh dari gravitasi bumi.
Aku ingin merenangi telaga sunyi. Menjalin untaian partitur bunyi yang kerapkali tersembunyi. Merenungi kisi-kisi hari yang terlewati.Â
Tapi sia-sia! Jiwa terhempas di antara barisan janji, bukti dan bakti.
Mungkin aku harus menanti jelaga senja. Ketika ritual alam menawarkan kesaksian fana. Saat langit memangku matahari yang lelah, berganti cahaya rembulan yang tak terjamah.
Atau, kembali berakhir sia-sia. Usai gumpalan rasa terjebak pasrah dalam genangan mata air mata.
Di ujung aksara. Tidak tiba-tiba. Kata-kata terjerembab airmata.
Curup, 20.10.2021
Zaldy Chan
Terima kasih dan hormatku untuk semua Teman-teman Kompasianers dan Admin Kompasiana
Ingatan:Â Akan kubalas di antara guliran masa. Tunggu saja. Ahaaay....