Waktu aku kecil dan sedang belajar di sekolah dasar.
Setiap kali ujian aku tak pernah resah. Orangtuaku pun tak perlu gundah. Guruku yang baik tak ingin mengajukan pertanyaan susah. Bahkan menyediakan dua jawaban dengan dua pilihan mudah. Benar atau salah.
Waktu aku agak besar dan masih belajar di sekolah dasar.
Setiap kali ujian aku bahagia. Orangtuaku pasti bangga. Guruku yang baik tak mau anak didiknya kecewa. Maka tersedia tiga jawaban untuk satu kalimat tanya. Pilihan ganda.
Waktu aku sudah besar, dan tak lagi belajar di sekolah dasar.
Kata ujian tak lagi menarik. Orangtuaku acapkali melirik dengan panik. Guruku yang baik sibuk menyusun pertanyaan dengan cara terbaik. Berharap jawaban uraian tidak bolak-balik.
Jelaskan perbedaan dari Biotik dan Abiotik!
Sebutkan Nama Propinsi yang ada di Kalimantan berserta ibukotanya!
Ubahlah lima Pecahan Campuran di bawah ini ke Bilangan Desimal!
Berikan lima contoh kalimat Present Cotinuous Tense!
Pertanyaan demi pertanyaan membuat ragu. Jawaban demi jawaban berujung pilu. Tanda tanya berganti tanda seru.
Sekarang aku sudah semakin besar. Dan tak lagi harus belajar.
Ujian tak lagi mencari jawaban dari pertanyaan. Orangtuaku sudah waktunya lepas tangan. Guruku yang baik satu persatu mulai terlupakan. Berganti tentang kehidupan.
Acapkali aku tersudut. Terkadang mudah tersulut. Ketika menyimak barisan tanda tanya:
Bagaimana agar tetap berproduksi tanpa alat reproduksi?
Apa yang harus dilakukan agar negara tetap utuh?
Coba cari selisih sisa anggaran, berapa persen yang bisa didapatkan?
Bisa pakai google translate, kan?
Tiba-tiba aku rindu kata belajar. Tapi tanpa ujian.
Curup, 12.10.2021
Zaldy Chan
Foto oleh Markus Spiske dari Pexels
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H