Selepas isya. Ada suara di televisi yang menyala.
Percakapan demi percakapan. Iklan demi iklan. Matamu terkunci di layar televisi. Mataku menatap segelas kopi pagi tadi.
Layar televisi mati.
Matamu kembali mengeja layar ponsel yang sejak tadi menepi. Mataku membaca mendung yang terdampar di halaman. Diam-diam malam berlalu. Dalam bisu.
**
Azan isya baru saja bertamu. Suara televisi tak jua bisu.
Percakapan demi percakapan lagi. Iklan demi iklan lagi. Kembali, matamu terkunci di layar televisi. Kembali, mataku menatap segelas kopi pagi tadi.
Layar televisi mati.
Matamu memandang ponsel yang terhampar di atas ambal. Mataku menatap butiran hujan yang berjatuhan di halaman. Malam tenggelam. Diam-diam.
***
Isya sejak tadi berlalu. Televisi masih membisu.
Tak ada percakapan demi percakapan. Tak ada iklan demi iklan. Matamu menatapku. Mataku memandang lampu.
Dua jam menunggu. Televisi tetap membisu.
Mataku melihat tubuhmu yang menghilang di pintu kamar. Tanganku meraih gitar dan mulai memetik senar.
"Aku merinduuu..."
Wajahmu menyembul dari balik pintu kamar. Kudengar suaramu sebelum kembali menghilang. Tak samar.
"Ayah jahaaat..."
Curup, 19.09.2021
Zaldy Chan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI