Akhirnya, kita mengenang hari ini.
Mungkin mengulang jejak-jejak hujan yang tertinggal di ruang tamu, di depan perpustakaan, di bangku taman, atau ketika saling menggenggam tangan di jalur pendakian. Deretan kisah yang mengarsir garis kenangan. Bukan sebagai titik persinggahan.
Kemungkinan lain, kau menyimpan ingin. Kembali mengeja larik dan lirik lagu yang masih membekas di ingatan. Dan, jemariku tertatih gemetar menata getaran bunyi petikan gitar. Agar suaramu leluasa melahirkan resonansi nan harmoni.
Kau masih ingat lagu kita di saat hujan?
Setidaknya, kau mungkin akan mengingat sepenggal kisah tentang hari ini. Usai bulir-bulir nyeri bersemayam tenang di hati. Dan, butiran hujan senja tak kuasa menyamarkan airmata pengisi sepi. Milikku. Untukmu.
Atau, kau ingin menulis kisahmu tentang hujan tanpa aku?
Curup, 31.08.2021
Zaldy Chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H