Waktu memanggil pelan tunggu yang bersembunyi malu di balik pintu. Namun, hanya ada bisu di ruang tamu. Menatap segaris senyum milikmu yang tergantung di pigura kayu. Berdebu.
Tak terhenti, tunggu pun menjauh pergi. Menapaki jejak-jejak rindu yang tertutupi dedaunan kering. Tak terganti, rindu telah pergi. Meninggalkan tetesan airmata yang berjatuhan dalam hening.
Di ruang tamu, waktu memeluk kaku tubuh bisu. Menawarkan serpihan kenangan yang menggeliat di pusara ingatan. Tak lagi membungkam segaris senyum milikmu. Merajahku.
Seperti dulu. Tunggu masih mengeja jejak rindu. Tanpa pesan, meninggalkan bisu di ruang tamu. Dan, waktu kembali membiarkan torehan luka menggores ranting-ranting lupa. Untukku.
Curup, 14.08.2021
Zaldy Chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H