"Abang berangkat, Yah!"
"Jaga diri, Nak!"
Seusai hujan. Hari ini, pukul 13.39 waktu Curup. Dua kalimat percakapan itu diakhiri pelukan. Bukan lagi sebagai ayah dan anak, tapi pelukan dua orang lelaki.
Mataku menatap punggung si Sulung. Tubuhnya perlahan ditelan Bus antar kota antar Propinsi. Kota Padang, berjarak tempuh 19 jam perjalanan via darat. Melintasi 4 Propinsi. Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi dan Sumatera Barat.
Lelaki itu, belum menginjak 17 tahun dalam hitungan usia. Telah dua tahun berlatih menjadi pengembara. Bersiap melengkapi kisi-kisi kehidupan untuk menjadi lelaki. Belajar menerima risiko di tanah rantau, dari keputusan dan keinginan sendiri.
Aku tak tahu. Apakah anakku akan mengikuti alur kehidupan yang kulalui dulu, atau memilih menempuh jalur perjuangan yang benar-benar baru seujung mampu?
Pilihanku adalah, memenuhi kewajibanku sebagai Ayah. Dan, berharap si Sulung menjalankan perannya sebagai anak. Jika lebih dari itu? Kutitipkan asa dan doa padaNya.
Tulisan pembuka di atas, adalah gayaku melepas anakku. Dan, tulisan ini adalah caraku mengolah rasa, menjadi kata hingga berbentuk karya. Aku tulis, ya....
Mengalami atau Merasakan
Sepenggal kisah tadi, bukan fiksi. Hari ini, anakku harus pulang ke Padang, usai menikmati libur lebaran. Sebab, hari senin harus mengikuti ujian akhir semester (UAS) menuju kelas 12.
Jadi, aku menulis apa yang kualami, atau apa yang kurasakan. Tanpa berniat mendramatisir, menambah atau mengurangi. Namun, berusaha mengungkapkan yang terjadi.