Aku harus pergi! Ucapmu pada getir yang berdiri di pintu. Aku tak akan mencegahmu.
Kita pernah mencegah kedatangan pagi. Tapi itu tak pernah terjadi. Sebab, dedaunan menunggu embun bertamu. Untuk membasuh sisa malam yang gagu.
Kita pernah mencegah kehadiran matahari. Sekali lagi, itu tak mungkin terjadi. Sebab, siang adalah titik persinggahan. Ketika kesepian merajai kehilangan.
Tapi aku tak ingin mencegah senja! Ujarmu di mataku. Bisu membungkamku.
Kita tak sempat mencegah keberadaan malam. Ia mengusik senja bertandang diam-diam. Atau, sengaja menitipkan kegelapan. Sebagai cara terbaik untuk melupakan.
Dia telah pergi!
Bisikku pada senja yang menunggu di balik pintu. Getir menemaniku. Mengenangmu.
Curup, 23.05.2021
Zaldy Chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H