Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Pernak-pernik Cerita "Bukan Rahasia" Usai Lebaran

17 Mei 2021   15:49 Diperbarui: 17 Mei 2021   18:21 3408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumpukan Pakaian Kotor (sumber gambar: Padang Deterjen wordpress.com)

"Harusnya, karena puasa satu bulan. Lebaran juga sebulan!"
"Iya! Tapi lebaran tanpa liburan, Bang!"

Tuh, kan? Karena libur lebaran bukan satu bulan. Akhirnya, ukuran lebaran "dianggap" hanya selama liburan.

Begitulah! Setelah menahan diri selama satu bulan ramadan. Hematku, suasana lebaran hanya bisa dirasakan satu minggu. Sisanya? Harus bersiap kembali pada aktifitas dan rutinitas.

Tuntutan kehidupan serta tugas dan kewajiban mengharuskan begitu. 

Para pekerja siap-siap kerja di kantoran atau pabrikan, guru dan siswa siap-siap melaksanakan dan menghadapi ujian. Jika yang "lolos" mudik, mesti berjuang agar bisa kembali pulang.

Gegara kesibukan untuk mempersiapkan segala sesuatu usai lebaran. Ada beberapa hal biasa terjadi dan "lolos dari pengamatan". Mungkin terabaikan atau terlupakan. Padahal ada yang dipersiapkan, jauh sebelum lebaran.

Aku tulis, ya?

Kue kering lebaran (sumber gambar: Kompas.com/Rido Fadilah/shutterstock)
Kue kering lebaran (sumber gambar: Kompas.com/Rido Fadilah/shutterstock)

Kue-kue Lebaran yang Kesepian

Kukira di banyak rumah, masih duduk manis kue-kue lebaran di atas meja tamu. Menunggu orang-orang datang bertandang. Hayuk ngaku?

Orang datang bertamu untuk bertemu. Bukan untuk makan, tah? Jika pun mencicipi, bakal sekadarnya. Satu, dua atau tiga potong, biar dianggap santun bertamu, kan?

Pandemi saat ini juga membatasi kebiasaan. Orang-orang memilih tak berkunjung langsung ke rumah untuk silaturahmi. Kecuali tetangga dan kerabat terdekat.

Akhirnya, kue-kue lebaran yang menyita waktu persiapan setengah ramadan, terjebak dalam kesepian. Menunggu orang-orang yang rela melupakan timbangan, agar bisa dihabiskan. Hiks!

Bakso alternatif
Bakso alternatif

Desakan Selera yang Menjengkelkan

Urusan selera, terkadang menjengkelkan. Padahal di rumah udah ada sekian macam kue lebaran dengan beragam rasa yang ditawarkan.

Malah yang memantik selera itu berupa bakso? Mie Ayam? Gado-gado? Atau Pecel? Aku mengalami itu. Ahaaay...

Bingung juga cari penyebabnya. Mungkin karena terlalu banyak pilihan? Atau gegara kemana-mana ditemui jenis makanan serupa?  Akhirnya mencari asupan lidah yang berbeda?

Atau pembuat kue, belum melakukan kajian dan penelitian. Kue semacam apa atau kue dengan rasa apa bisa laris dan habis tepat waktu saat lebaran. Halah!

Aneka toples lebaran (sumber gambar: tribunnews.com)
Aneka toples lebaran (sumber gambar: tribunnews.com)

Toples Kembali Bersiap Jadi Pengangguran

Eksistensi toples saat lebaran, menimbulkan masalah klasik! Terutama bagi ibu-ibu rumah tangga. Setidaknya ada 3 alasan.

Pertama. Ada yang memang khusus digunakan saat lebaran. Di luar waktu itu, bakal disimpan dan kembali resmi jadi pengangguran. Mungkin toples warisan atau kenangan. Kusebut toples sakti.

Kedua. Saat ini, tersedia kue lebaran yang dijual dalam kemasan sekalian dengan  toplesnya, kan? Nah, koleksi yang bertambah, biasanya bikin riweh para ibu menata lemari penyimpanan barang-barang.

Ketiga. Toples keluaran terbaru! Produsen toples tentu memanfaatkan momentum lebaran. Sehingga edisi toples terbaru menjadi jebakan bagi mata. Kalau tiap mau lebaran beli baru? Semakin banyak pengangguran, tah?

Tumpukan Pakaian Kotor (sumber gambar: Padang Deterjen wordpress.com)
Tumpukan Pakaian Kotor (sumber gambar: Padang Deterjen wordpress.com)

Pertempuran dengan Tumpukan Cucian

Hal ini tak berkaitan dengan makanan. Dan, mungkin hanya dialami sebagian orang. Bisa jadi, ada orang yang terbiasa tertib. Setiap baju yang telah dipakai saat lebaran langsung dicuci.

Namun, tak sedikit yang memilih menunda kegiatan bersih-bersih itu. Lebih memilih menumpuk pakaian saat lebaran di sudut kamar atau di tempat pakaian kotor. Dengan alasan, sesekali menikmati suasana lebaran.

Nah. Dalam durasi satu minggu. Tumpukan pakaian sudah membentuk pegunungan buatan yang lama-lama jadi mengganggu.

Gegara waktu libur nyaris habis!  Pertempuran dengan tumpukan cucian harus dilakukan, tah?

Ilustrasi aneka obat-obatan (sumber gambar : pixabay.com)
Ilustrasi aneka obat-obatan (sumber gambar : pixabay.com)

Hadir Keluhan Penyakit Usai Lebaran

Sebagai ayah. Ini kualami nyaris bertahun-tahun pada anakku. Semisal demam radang tenggorokan atau flu ringan yang kerap hadir usai lebaran.

Kukira, hal ini bukan saja urusan imunitas tubuh. Tapi tentang adaptasi pola hidup saat ramadan. Dan, aku kesulitan mengawasi asupan makan anak-anak saat lebaran.

Bisa jadi, karena kasihan, saat ramadan anak-anak menahan selera. Maka, saat lebaran menjadi ajang "pelepasan"! Akhirnya berlebihan, atau tubuh belum sepenuhnya siap, ya?

Sependekingatku, hal ini juga dialami teman-temanku. Sebelumnya memiliki pantangan makanan tertentu. Dengan alasan lebaran, segala sesuatu yang sebelumnya terlarang jadi "diperbolehkan". Atau, karena kesibukan total persiapan lebaran hingga tubuh kelelahan.

Ujung-ujungnya? Sakit menjadi keluhan. Hiks lagi!

Ilustrated by pixabay.com
Ilustrated by pixabay.com

Jadi?

Begitulah! Tulisan Ini berpijak dari pengalaman pribadi yang biasa kualami. 5 hal di atas kerapkali menjadi pernah-pernik cerita usai lebaran Idul fitri.

Siapa tahu ada pembaca yang memiliki pengalaman serta cerita yang sama. Hayuk salaman!

Curup, 17.05.2021
zaldy chan
[Ditulis untuk Kompasiana]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun