"Harusnya, karena puasa satu bulan. Lebaran juga sebulan!"
"Iya! Tapi lebaran tanpa liburan, Bang!"
Tuh, kan? Karena libur lebaran bukan satu bulan. Akhirnya, ukuran lebaran "dianggap" hanya selama liburan.
Begitulah! Setelah menahan diri selama satu bulan ramadan. Hematku, suasana lebaran hanya bisa dirasakan satu minggu. Sisanya? Harus bersiap kembali pada aktifitas dan rutinitas.
Tuntutan kehidupan serta tugas dan kewajiban mengharuskan begitu.Â
Para pekerja siap-siap kerja di kantoran atau pabrikan, guru dan siswa siap-siap melaksanakan dan menghadapi ujian. Jika yang "lolos" mudik, mesti berjuang agar bisa kembali pulang.
Gegara kesibukan untuk mempersiapkan segala sesuatu usai lebaran. Ada beberapa hal biasa terjadi dan "lolos dari pengamatan". Mungkin terabaikan atau terlupakan. Padahal ada yang dipersiapkan, jauh sebelum lebaran.
Aku tulis, ya?
Kue-kue Lebaran yang Kesepian
Kukira di banyak rumah, masih duduk manis kue-kue lebaran di atas meja tamu. Menunggu orang-orang datang bertandang. Hayuk ngaku?
Orang datang bertamu untuk bertemu. Bukan untuk makan, tah? Jika pun mencicipi, bakal sekadarnya. Satu, dua atau tiga potong, biar dianggap santun bertamu, kan?
Pandemi saat ini juga membatasi kebiasaan. Orang-orang memilih tak berkunjung langsung ke rumah untuk silaturahmi. Kecuali tetangga dan kerabat terdekat.